Wednesday, October 30, 2019

Pengertian Keutamaan Tata Cara Niat Puasa Nisfu Sya Ban

Pada dasarnya sebagai mana yang telah di ketahui bersama, sebetulnya puasa terbagi menjadi dua jenis yang pertama puasa wajib yang dihentikan tidak harus di kerjakan menyerupai ramadhan dan apabila di tinggalkan hukumnya bedosa. Dan yang kedua yaitu puasa sunnah yang apabila di tinggal tidak menjadi dosa tetapi hanya tidak akan mendapat keutamaan dan puasa sunnah juga terbagi menjadi beberapa bab yaitu mingguan menyerupai senin kamis bulanan dan tahunan menyerupai salah satunya puasa di bulan sya’ban.


Puasa bulan sya’ban merupakan kesunnahan yang mempunyai keutamaan sangat besar di mana baginda nabi saw sangat menyukai kedatangan bulan ini dan selalu mengisinya dengan ibadah puasa. Bahkan salah satu ulama pengarang kitab Nihayatul Zein yaitu Syeikh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa “Puasa Sya’ban disunnahkan alasannya Rasulullah SAW menyukai puasa pada bulan tersebut. Siapa yang puasa Sya’ban, beliau akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW di hari alam abadi kelak”.


Memang bukan lagi suatu hal yang ajaib dan niscaya sudah banyak di ketahui oleh semua kalangan umat islam bahwa sesungguhnya bulan sya’ban ini termasuk bulan yang di unggulkan di banding yang lainnya selain ramadhan. bahkan banyak sekali amalan akan di berikan pahala lebih serta banyak pula jenis ibadah sunnah yang di perintah untuk di kerjakan pada bulan ini terutama di malam nisfu sya’ban harus di isi atau di hidupkan dengan cara berdoa, membaca surat yasin sholat sunnah dan yang lainnya.


Pada dasarnya sebagai mana yang telah di ketahui bersama Pengertian Keutamaan Tata Cara Niat Puasa Nisfu Sya ban


Sedangkan untuk mengenai tata cara dari puasa sunnah nisfu sya’ban atau sepertengah pertama bulan sya’ban sebenarnya sama dengan puasa yang lainnya, namun ada hal yang perlu di ketahui yaitu batasan waktu tanggal pelaksanaannya. Para ulama setuju bahwa puasa dari mulai tanggal 16 hingga 30 sya’ban hukumnya yaitu haram terkecuali puasa nadzar dan qadha, serta apabila puasa tanggal 15 maka boleh puasa tanggal 16, dan boleh juga di lanjut tanggal 17 nya namun apabila tanggal 18 tidak berpuasa maka tanggal 19 nya haram berpuasa.


Keterangan di atas senada dengan salah satu keterangan dalam kitab I’aanah at-Thoolibiin II/273 :


قوله وكذا بعد نصف شعبان ) أي وكذلك يحرم الصوم بعد نصف شعبان لما صح من قوله صلى الله عليه وسلم إذا انتصف شعبان فلا تصوموا( قوله ما لم يصله بما قبله ) أي محل الحرمة ما لم يصل صوم ما بعد النصف بما قبله فإن وصله به ولو بيوم النصف بأن صام خامس عشره وتالييه واستمر إلى آخر الشهر فلا حرمة


(Keterangan ‘begitu juga haram puasa sesudah nisyfu sya’ban) menurut hadits “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa”. Keharaman ini dengan catatan bila puasa sesudah hari nisyfu sya’ban (tanggal 16-pen) tersebut tidak disambungkan dengan puasa sebelumnya, bila disambungkan meskipun dengan berpuasa ditanggal separuh bulan sya’ban (meskipun hanya disambungkan dengan puasa pada tanggal 15) dan kemudian disambung dengan hari setelahnya hingga tanggal 30 (syaum assyak) maka tidak lagi dihukumi haram.


Keharam puasa sunnah sesudah tanggal 15 mengacu kepada salah satu hadits yang di riwayatkan oleh al’Allaa’ Bin Abdur Rohman dari ayahnya dari Abu hurairah ra “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa” (HR . Ashaab assunan disahihkan oleh Ibnu Hibbaan dan lainnya. Maka dari itu sesudah kita mengetahui bagai mana keadaan atau kedudukan dari puasa sunnah di bulan sya’ban, kini jangan biarkan bulan tersebut berlalu begitu saja tanpa di isi dengan suatu hal yang sunnah menyerupai puasa, dan untuk niatnya mari simak di bawah ini.


Niat Puasa Sya’ban


نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى


Nawaitu Shauma Syahri Sya’bana Sunnatan Lillahi Ta’aala


Artinya : Saya niat puasa bulan sya’ban sunnah alasannya Allah ta’ala


Tersimpan manfaat tersendiri saat kita mengerjakan puasa di bulan sya’ban, yaitu di karenakan sebentar lagi akan menjalankan puasa wajib sebulan penuh maka puasa sya’ban selain kesunnahan jikalau di jadikan sebagai training diri dan pembelajaran untuk menghadapi puasa yang di wajibkan nanti. Maka dari itu silahkan kini cermati semua yang ada pada pengertian keutamaan tata cara niat puasa nisfu Sya ban berapa hari ganti buka 2019 rumi dan lain sebagainya.


Hukum Cara Sholat Nisfu Sya’Ban Sendiri Berjamaah Dan Artinya

Kedatangan bulan sya’ban bagi sebagian kalangan umat islam, selalu di jadikan sebagai sebuah waktu untuk di isi dengan memperbanyak amalan-amalan kebaikan mulai dari puasa, bersilaturahmi, mengunjungi para guru dan kiyai sampai melaksanakan shalat nisfu sya’ban di pertengahan tanggal malam bulan tersebut. Tentu hal menyerupai ini di lakukan bukanlah tanpa alasannya atau mengarang-ngarang saja tetapi bulan sya’ban di yakini sebagai bulan puasa yang menyimpan banyak sekali diam-diam besar, sebagai mana di jelaskan dalam beberapa keterangan hadits dan pendapat para ulama dalam kitabnya.


Terlebih lagi dikala malam nisfu nisfu sya’ban datang, maka sudah menjadi budaya dari semenjak dulu bahwa malam tersebut selalu di jadikan sebagai malam untuk melaksanakan banyak amalan dan salah satunya yaitu dengan melkukan sholat sunnah. Namun tidak sanggup di pungkiri, bahwa mengenai amalan sholat di malam nisfu sya’ban ini terjadi perbedaan pendapat bahkan ada di golongan yang mengnggap bahwa bila di kerjakan akan termasuk pada amalan bid’ah dhalalah. Padahal bila di cermati dengan baik mustahil ulama salaf terdahulu mencontohkannya apabila tidak di dasari dengan keilmuannya.


Dituturkan oleh Sayyid Murtadha Azzabidi dalam Kitab Ittihafissadatil Muttaqin, Syarh Ihyaa` Ulumiddin juz 3 halaman 424 bahwa ” Ulama khalaf telah mewarisi para ulama salaf dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan melaksanakan shalat enam rakaat sesudah shalat Maghrib, Tiap dua rakaat dengan satu salaman. Setiap satu rakaat membaca surat Al Fatihah satu kali dan Surat Al Ikhlas enam kali. Usai shalat dua rakaat, membaca Surat Yasin satu kali dan berdoa dengan doa yang telah masyhur yaitu doa malam nisfu sya’ban dan berdoa memohon kepada Allah biar diberi keberkahan didalam umurnya, Bacaan kedua memohon biar agar diberi keberkahan didalam rizkinya, Bacaan ketiga memohon biar diberi keberkahan menerima predikat husnul Khatimah.


 selalu di jadikan sebagai sebuah waktu untuk di isi dengan memperbanyak amalan Hukum Cara Sholat Nisfu Sya’ban Sendiri Berjamaah Dan Artinya


وَقَدْ تَوَارَث الْخَلَفُ عَنِ السَّلَفِ فِيْ إِحْيَاءِ هَذِهِ اللَّيْلَةِ بِصَلَاةِ سِتِّ رَكَعَاتٍ بَعْدَ صَلَاة الْمَغْرِبِ

كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بِالْفَاتِحَةِ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ سِتَّ مَرَّاتٍ

بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ سُوْرَةَ يس مَرَّةً وَيَدْعُوْ اَلدُّعَاءَ الْمَشْهُوْرَ بِدُعَاءِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ

وَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى اَلْبَرَكَةَ فِي الْعُمْرِ ثُمَّ فِي الثَّانِيَةِ اَلْبَرَكَةَ فِي الرِّزْقِ ثُمَّ فِي الثَّالِثَةِ اَلْبَرَكَةَ فِيْ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ


Bahkan wacana sholat di malam nisfu sya’ban ini juga di perkuat oleh fatwanya ibnu taimiyyah dalam kitab majmu juz 1 halaman 469 “Ibnu Taimiyah ditanyai wacana sholat nisfu sya’ban ? dia menjawab : ” dikala seseorang sholat dimalam nisfu sya’ban secara sendirian atau secara berjama’ah khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok ulama’ salaf maka itu lebih bagus.” Dengan begitu apabila menganggap bahwa ini amalan dhalalah berarti mengangap juga bahwa ulama salaf yang menyuruh dan menjalankannya juga termasuk di dalamnya.


وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ فَقَدْ رُوِيَ فِي فَضْلِهَا أَحَادِيثُ وَآثَارٌ وَنُقِلَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ فِيهَا فَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِيهَا وَحْدَهُ قَدْ تَقَدَّمَهُ فِيهِ سَلَفٌ وَلَهُ فِيهِ حُجَّةٌ فَلَا يُنْكَرُ مِثْلُ هَذَا.


Artinya, “Adapun (shalat) pada malam nisfu Sya‘ban, maka banyak hadits serta atsar dari sobat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka melaksanakan shalat pada malam nisfu Sya‘ban. Maka shalat yang dilakukan seseorang pada malam tersebut secara sendirian telah dicontohkan oleh para ulama salaf, amalan tersebut memiliki dalil sehingga tidak perlu diingkari.”


Adapun bila ada anggapan mengenai hadits-hadits yang mengambarkan hal tersebut dhaif, maka kedhaifannya tersebut tidak serta merta di hukumi sebagai dhalalah bila di kerjakan. Sebab hadits dhaif boleh di amalkan bila hanya bertujuan untuk fadhailul amal. Makara kesimpulannya melaksanakan shalat pada malam nisfu sya’ban di perbolehkan tidak ada larangan sebagai mana para ulama terdahulu juga melaksanakannya, dan bagai mana pun kita sebagai penerusnya harus mengikuti mereka yang lebih tahu akan keilmuannya.


Sedangkan mengenai tata cara pelaksanaa dari sholat nisfu sya’ban tidak ada perbedaan dengan yang lainnya yaitu di kerjakan 2 rakaat 1 kali salam sesudah sholat maghrib sebanyak 6 rakaat, sedangkan adapun mengenai bacaan surat di anjurkan tiap rakaat membaca surat al tulus sebanyak 6 kali. Silahkan anda amalkan dan pelajari juga semua hal yang berkaitan dengan aturan cara sholat nisfu sya’ban sendiri berjamaah dan artinya doa sesudah berapa rakaat berdasarkan nu suryalaya rumi dan lain sebagainya.


Hukum Peringatan Keutamaan Doa Malam Nisfu Sya’Ban

Sekarang ini kita sudah memasuki lagi bulan sya’ban dan tidak usang lagi ramadhan akan segera tiba, sebagai mana telah di ketahui bersama bahwa selain ramadhan, baginda nabi saw juga memuliakan bulan lainnya dan di antara salah satunya ialah bulan sya’ban. Ketika bulan ini tiba baginda rosul saw selalu mengisinya dengan aneka macam amalan-amalan dan di antaranya dengan mengerjakan puasa.


Sedangkan mengenai aturan peringatan malam nisfu sya’ban atau yang di maksud menghidupkan malam tersebut dengan amalan-amalan baik di tunjang oleh beberapa hadits yang menyatakan bahwa malam nisfu sya’ban merupakan dikala pengampunan dosa atau malam maghfirah sehingga masuk akal saja kalau waktu tersebut di idi oleh sebagian banyak umat islam untuk menghidupkan dengan aneka macam amal kebaikan menyerupai bacaan sayyidul istighfar, sebagaimana suara haditsnya yaitu.


يطلع الله الي جميع خلقه ليلة النصف من الشعبان فيغفر لجميع خلقه الا لمشرك او مشاحن


Artinya : Allah memandang semua makhluk-Nya pada malam nisfu Sya‘ban kemudian mengampuni dosa mereka kecuali dosa musyrik dan dosa kemunafikan yang menyebabkan perpecahan.


Sekarang ini kita sudah memasuki lagi bulan sya Hukum Peringatan Keutamaan Doa Malam Nisfu Sya’ban


Hadits di atas berdasarkan kebanyakan para jago hadits ialah dhaif, tetapi menyikapi wacana hadits dhaif menyerupai di atas boleh di kerjakan untuk tujuan fadhailul amal atau untuk mengerjakan amalan yang di unggulkan, bahkan ada yang menyatakan bahwa hadits di atas tidak termasuk dhaif yang terlalu fatal ke dhaifannya, maka dari memprbanyak amalan di bulan sya’ban terutama di malam isfu sya’ban di perbolehkan.


Selain berpuasa di bulan sya’ban, juga di sangat baik kalau malam nisfu sya’ban di jadilkan waktu untuk berdoa memohon kepada allah swt semoga dosa di ampuni. Karena dalam beberapa keterangan bahwa malam nisfu sya’ban merupakan malam ampunan di mana allah swt akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik serta orang-orang yang di dalam dirinya masih menyimpan kebencian, hal ini senada dengan hadits.


ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء


Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).


Di antara amalan-amalan baik yang sampai dikala ini masih membudaya di kalangan umat islam di antaranya pada malam nisfu sya’ban orang-orang akan berkumpul untuk membacakan surat yasin 3 kali yang kemudian di tutup oleh bacaan doa doa malam nisfu sya’ban. namun mengenai bacaan doanya setiap masing-masing ustadz mempunyai bacaan berbeda-beda meski tujuannya sama, dan untuk rujukan terbaik yaitu di bawah ini.


Doa Malam Nisfu Sya’ban


إِلَهِيْ تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَّلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْنَ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ، وَتَمْــنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ،

فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِيْ مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ الْعِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَاجْزَلِ خَلْقِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقِسْمًا وَهِبَةً وَعَطِيَّةً فِيْ كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضُرٍّ تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِيْ كُلَّ شَرٍّ وَوَفِّقْنِيَ اللَّهُمَّ لِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَارْزُقْنِيَ الْعَافِيَةَ وَالْبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِي الْأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِيْ مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ

اَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لُطْفٍ إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَفَحَاتِ عَطْفٍ إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ عِنَايَاتِ إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِيْ بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتٍ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الْحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرَتْ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ،

فَهَبْ لِيَ اللَّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفِيْ مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِيْ مِنْ عَطْفِكَ الوَفِيِّ نَفْحَةً طَيِّبَةً تُطْلِقُ بِهَا أَسْرِي مِنْ وَثَاقِ شَهْوَتِيْ، وَالْحَظْنِيْ وَاحْفَظْنِيْ بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً تُنْقِذُنِيْ بِهَا وَتُنْجِيْنِيْ بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلَالَةِ, وَآتِنِيْ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ وَاسْمَعْ دُعَائِيْ، وَعَجِّلْ إِجَابَتِيْ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ وَعَافِنِيْ، وَهَبْ لِيْ مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِيْ بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللَّجَأِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِيْ لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَوَادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِيْ بِمَا عِنْدَكَ، وَتُبَلِّغُنِيْ بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ، وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ اِبْتِهَالِيْ وَتَضَرُّعِيْ فِيْ طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلَهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِيْ وَمَطَالِبِيْ وَشَكَوَايَ، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضُرِّي، وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِيْ، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِيْ جَمِيْعِ أُمُوْرِيْ وَحَالَاتِيْ

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ وَهذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَّةً وَلَا زَلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِيْ جَرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِيْ رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِيْ مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لَا تَنَامُ، وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (ثلاثا)

إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ (ثلاثا)

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللَّهُمَّ إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا، وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجَاتِنَا، وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا وَفَقْرِنَا، فَارْشُدْنَا يَا اَللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظَيْمِ

سُبْحَانَ رَبِكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ


Itulah di antara pembahasan mengenai malam nisfu sya’ban secara sekilas. Selain pembahasan di atas masih banyak lagi uraian mengenai nisfu sya’ban, maka dari itu silahkan anda pelajari semuanya terutama yang berkaitan dengan aturan peringatan keutamaan doa malam nisfu sya’ban puasa ialah jatuh pada tanggal kapan tutup buku amalan hadits shahih berdasarkan sunnah dan lain sebagainya.


Kumpulan Khutbah Jumat Nu Lengkap Pendek Terbaru

Seorang khatib atau orang yang berkhutbah ketiga diberi kiprah untuk mengisi khutbah pada salah satu jum’at, pertama kali yang akan di lakukan yaitu mencari tumpuan untuk materi pembahasannya baik itu melalui kitab-kitab keagamaan, al-qur’an, hadits serta tumpuan lain. Namun di samping mencari materi lewat sumber-sumber di atas tidak jarang juga kalau seorang khatib mencari referensinya lewat internet atau situs-situs resmi agama islam ibarat seakan-akan situs khusus nahdhatul ulama atau yang lainnya.


Memang mencari materi dari internet, apalagi sumbernya belum di ketahui siapa admin yang mengurus dari situs tersebut, bukan hal yang sempurna untuk selalu di lakukan, karena permasalahan agama alangkah baiknya kalau pribadi pada al-quran, hadits dan kitab-kitab karangan para ulama. Tetapi kalau sudah yakin mengetahui bahwa situs tersebut benar adanya serta pengurusnya orang yang terpercaya maka tidak ada salahnya juga mencari tumpuan di sana. Seperti halnya pada salah satu situs NU Online sebagai situs resmi nahdlatul ulama.


Karena memang dalam sebuah khutbah, atau ketika harus berbicara di daerah umum selain harus berpacu pada sumber aturan tetapi di sisi lain kata-kata penjelasan pun harus gampang di terima oleh para jamaah. Maka di sinilah kiprah kami sebagai penyedia materi yang mungkin bisa di ambil oleh kalian yang membutuhkan tumpuan khutbah jum’at singkat dengan kata-kata simple namun insyaallah sanggup di terima dengan gampang oleh semua jamaah yang mendengarkannya, silahkan ambil kemudian amalkan dengan baik, dan mohon untuk di koreksi dulu karena tidak menutup kemungkinan apabila ada kesalahan di dalamnya.


Seorang khatib atau orang yang berkhutbah ketiga diberi kiprah untuk mengisi khutbah pada s Kumpulan Khutbah Jumat Nu Lengkap Pendek Terbaru


Menjadi Pengajak yang Bijak


Khutbah I


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي امْتَنَّ عَلَى الْعِبَادِ بِأَنْ يَجْعَلَ فِي كُلِّ زَمَانِ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى، وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الأَذَى، وَيُحْيُونَ بِكِتَابِ اللَّهِ أَهْلَ الْعَمَى، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مّمّن دَعَآ إِلَى اللّهِ وَعَمِلَ صَالِحاً وَقَالَ إِنّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ


Jamaah shalat Jumat as‘adakumullâh,


Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pernah bercerita wacana dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil dengan sifat yang sangat kontras: yang satu sering berbuat dosa, sementara yang lain sangat rajin beribadah.


Rupanya si andal ibadah yang selalu menyaksikan saudaranya itu melaksanakan dosa tak betah untuk tidak menegur. Teguran pertama pun terlontar. Seolah tak memperlihatkan imbas apa pun, perbuatan dosa tetap berlanjut dan sekali lagi tak luput dari pantauan si andal ibadah.


“Berhentilah!” Sergahnya untuk kedua kali.


Si pendosa lantas berucap, “Tinggalkan saya bersama Tuhanku. Apakah kamu diutus untuk mengawasiku?”


Mungkin karena sangat kesal, mulut saudara yang rajin beribadah itu tiba-tiba mengeluarkan semacam kecaman:


وَاللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللهُ الْجَنَّةَ


“Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.”


Kisah ini terekam sangat terang dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad. Di bab akhir, hadits tersebut memaparkan, tatkala masing-masing meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala.


Kepada yang tekun beribadah, Allah mengatakan, “Apakah kamu telah mengetahui tentang-Ku? Apakah kamu sudah mempunyai kemampuan atas apa yang ada dalam genggaman-Ku?”


Drama keduanya pun berlanjut dengan simpulan yang mengejutkan.


“Pergi dan masuklah ke nirwana dengan rahmat-Ku,” kata Allah kepada si pendosa. Sementara kepada andal ibadah, Allah mengatakan, “(Wahai malaikat) giringlah ia menuju neraka.”


Jamaah shalat Jumat as‘adakumullâh,


Cerita tersebut mengungkapkan fakta yang menarik dan beberapa pelajaran bagi kita semua. Ahli ibadah yang sering kita asosiasikan sebagai andal nirwana ternyata masalah dalam hadits itu justru sebaliknya. Sementara hamba lain yang terlihat sering melaksanakan dosa justru menerima kenikmatan surga.


Mengapa bisa demikian? Karena nasib kehidupan darul abadi sepenuhnya menjadi hak prerogatif Allah. Manusia tak mempunyai kewenangan sama sekali untuk memvonis orang atau kelompok lain sebagai golongan kafir atau bukan, masuk neraka atau surga, dilaknat atau dirahmati. Tak ada alat ukur apa pun yang sanggup mendeteksi kualitas hati dan keimanan seseorang secara pasti.


Jika diamati, andal ibadah dalam kisah hadits di atas terjerumus ke jurang neraka karena melaksanakan sejumlah kesalahan. Pertama, ia lancang mengambil hak Allah dengan menghakimi bahwa saudaranya “tak menerima ampunan Allah dan tidak akan masuk surga”. Mungkin ia berangkat dari niat baik, yakni hasrat memperbaiki sikap saudaranya yang sering berbuat dosa. Namun ia ceroboh dengan bersikap selayak Tuhan: menuding orang lain salah sembari memastikan tanggapan negatif yang bakal diterimanya.


Dalam konteks etika dakwah, si andal ibadah sedang melaksanakan perbuatan di luar batas wewenangnya sebagai pengajak. Ia tak hanya menjadi dâ‘i (tukang ajak) tapi sekaligus hâkim (tukang vonis). Padahal, Al-Qur’an mengingatkan:


اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ


“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana, peringatan yang baik, dan bantulah mereka dengan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmulah yang mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya. Dan Dia Maha mengetahui orang-orang yang menerima hidayah.” (An-Nahl [16]: 125)


وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ


“Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (Al-Kahfi [18]: 29)


Ayat ini tak hanya berpesan wacana keharusan seseorang untuk berdakwah secara bakir dan santun melainkan menegaskan pula bahwa kiprah seseorang hamba kepada hamba lainnya yaitu sebatas mengajak atau menyampaikan. Mengajak tak sama dengan mendesak, mengajak juga bukan melarang atau menyuruh. Mengajak yaitu meminta orang lain mengikuti kebaikan atau kebenaran yang kita yakini, dengan cara memotivasi, mempersuasi, sembari memperlihatkan alasan-alasan yang meyakinkan. Urusan apakah usul itu diikuti atau tidak, kita serahkan kepada Allah subhânahu wa ta‘âlâ (tawakal).


Jamaah shalat Jumat as‘adakumullâh,


Kesalahan kedua yang dilakukan andal ibadah dalam kisah tersebut yaitu ia terlena terhadap prestasi ibadah yang ia raih. Hal itu dibuktikan dengan kesibukannya untuk mengawasi dan menilai sikap orang lain ketimbang dirinya sendiri. Dalam tingkat yang lebih parah, sikap macam ini sanggup membawa seseorang pada salah satu adab tercela berjulukan tajassus, yakni gemar mencari-cari keburukan orang lain. Apalagi, bila orang yang menjadi target belum tentu benar-benar berbuat salah. Seringkali lataran kesalahmahaman dan masalah teknis, sebuah perbuatan secara sekilas pandang tampak salah padahal tidak. Di sinilah pentingnya tabayun (klarifikasi) dalam anutan Islam.


Tentu saja memperbanyak ibadah dan meyakini kebenaran yaitu hal yang utama. Tapi menjadi keliru tatkala sikap tersebut dihinggapi ‘ujub (bangga diri). Ujub merupakan penyakit hati yang cukup kronis. Ia bersembunyi di balik kelebihan-kelebihan diri kemudian pelan-pelan mengotorinya. Bisa saja seseorang selamat dari perbuatan dosa tapi ia kemudian terjerumus ke dalam jurang yang lebih dalam, yakni ujub. Mesti diingat, menghindari perbuatan dosa memang hal yang amat penting, tapi yang lebih penting lagi bagi seseorang yang terbebas dari dosa yaitu menghindari sifat gembira diri. Sebuah maqalah bijak berujar, “Perbuatan dosa yang membuatmu menyesal jauh lebih baik ketimbang beribadah yang disertai rasa ujub.”


Watak buruk dari kelanjutan sifat ujub biasanya yaitu merendahkan orang lain. Amal ibadah yang melimpah, apalagi disertai kebanggaan dan penghormatan dari masyarakat sekitar, sering menciptakan orang lupa kemudian dengan gampang menganggap remeh orang lain. Orang-orang semacam ini umumnya terjebak dengan penampilan luar. Mereka menilai sesuatu hanya dari yang tampak secara kasat mata. Padahal, bisa saja orang yang disangkanya buruk, di mata Allah justru lebih mulia karena lebih banyak mempunyai kebaikan namun karena bukan tipe orang yang suka pamer amal itu pun luput dari pandangan mata kita.


Jamaah shalat Jumat hadâkumullâh,


Dakwah berasal dari lafadh da‘â-yad‘û yang secara bahasa semakna dengan an-nidâ’ dan ath-thalab. An-nidâ’ berarti memanggil, menyeru, mengajak; sementara ath-thalab sanggup diterjemahkan dengan meminta atau mencari. Istilah dakwah bisa didefinisikan sebagai upaya mengajak atau menyeru kepada iman kepada Allah dan segenap syariat yang dibawa Rasulullah serta nilai-nilai positif lainnya.


Dakwah sangat dianjurkan dalam Islam sebagai pelaksanaan prinsip amar ma’ruf nahi (‘anil) munkar. Umat Islam diperintah untuk membuatkan pesan kebaikan (ma’ruf) dan tak boleh berdiam diri ketika melihat kemunkaran. Hanya saja, dalam praktiknya semua dijalankan dalam koridor yang bijaksana, sehingga usaha amar ma’ruf terlaksana dengan baik dan pencegahan kemungkaran pun tak menjadikan kemungkaran gres karena tidak dijalankan dengan cara-cara yang mungkar.


Karena itu, kita mengenal dalam proses dakwah dua hal, yaitu isi dakwah dan cara dakwah. Terkait isi, dakwah mempunyai lingkup yang sangat luas, dari masalah akidah, ibadah hingga adab keseharian ibarat usul untuk tidak menggunjing dan membuang sampah sembarangan. Dakwah memang bukan monopoli kiprah seorang dai, siapa pun bisa menjadi pengajak, namun dakwah menekankan pelakunya mempunyai bekal ilmu yang cukup wacana hal-hal yang ingin ia serukan. Hal ini penting supaya dakwah tak hanya meyakinkan tapi juga tidak sepotong-sepotong.


Yang tak kalah penting yaitu cara. Betapa banyak hal-hal positif di dunia ini gagal menular karena disebarluaskan dengan cara-cara yang keliru. Begitu pula dengan dakwah. Dalam hal ini kita bisa berkaca kepada Rasulullah. Di tengah fanatisme suku-suku yang parah, kebejatan moral yang luar biasa, dan kendornya prinsip-prinsip tauhid, dalam jangka waktu hanya 23 tahun dia sukses menciptakan perubahan besar-besaran di tanah Arab. Bagaimana ini bisa dilakukan? Kunci dari kesuksesan revolusi peradaban itu yaitu da‘wah bil hikmah, seruan yang digaungkan dengan cara-cara bijaksana. Akhlak Nabi lebih menonjol ketimbang ceramah-ceramahnya. Beliau tak hanya memerintah tapi juga meneladankan. Rasulullah juga pribadi yang egaliter, memahami psikologi orang lain, menghargai proses, membela orang-orang terzalimi, dan tentu saja berperangai ramah dan welas asih.


Hadirin yang semoga dirahmati Allah,


Khatib kembali mengingatkan diri sendiri dan jamaah sekalian bahwa ada rambu-rambu dakwah yang perlu diingat, yakni jangan membenci dan merendahkan orang lain, apalagi mencaci maki dan memojokkannya. Karena kalau hal itu kita lakukan maka keluarlah kita dari motivasi dakwah sesungguhnya. Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah. Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi wacana bahasa Arab dasar bahwa da’wah artinya mengajak bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah bukan marah, merangkul bukan memukul.


Yang paling mengerikan tentu saja yaitu dakwah dikuasai amarah dan hawa nafsu sehingga menjadikan pemaksaan dan aksi-aksi kekerasan, hanya kerena menganggap orang lain sebagai musyrik, musuh Allah, dan alhasil harus diperangi. Jika sudah hingga pada level ini, pendakwah tak hanya sudah melenceng jauh dari esensi dakwah, tapi juga pantas menjadi target dakwah itu sendiri. Al-Qur’an sudah sangat benderang menegaskan bahwa tak ada paksaan dalam agama, dan oleh karena itu memakai pendekatan kekerasan sama dengan mencampakkan pesan ayat suci.


Dalam sebuah hadits dijelaskan:


عن حذيفة رضي الله عنه قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ بَهْجَتَهُ عَلَيْهِ ، وَكَانَ رِدْءًا لِلْإِسْلَامِ انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ ، وَسَعى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ ” . قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللَّهِ ! أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ الرَّامِي أَوِ الْمَرْمِيِّ ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” بَلِ الرَّامِي “


Dari Hudzaifah radliyallâhu ‘anh, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh yang paling saya khawatirkan pada kalian yaitu orang yang membaca Al-Qur’an hingga terlihat kegembiraannya dan menjadi benteng bagi Islam, kemudian ia mencampakkannya dan membuangnya ke belakang punggung, membawa pedang kepada tetangganya dan menuduhnya syirik.” Saya (Hudzaifah) bertanya: “Wahai Nabi, siapakah yang lebih pantas disifati syirik, yang menuduh atau yang dituduh?” Rasulullah menjawab: “Yang menuduh.” (HR Ibnu Hibban)


Na’ûdzubillâhi mindzâlik. Semoga kita semua dilindungi Allah dari perbuatan buruk baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.


باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، وَقاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.


Jamaah shalat Jumat as‘adakumullâh,


Tekun dalam beribadah kemudian mengajak sesamanya untuk melaksanakan hal yang serupa merupakan sesuatu yang dipuji dalam agama. Hanya saja, dakwah atau mengajak mempunyai batasan-batasan. Setidaknya ada dua tips yang bisa dipegang supaya seseorang tak melampaui batasan kiprah sebagai seorang pengajak. Pertama, muhâsabah (introspeksi). Meneliti malu orang yang paling cantik yaitu dimulai dari diri sendiri. Muhasabah akan mengantarkan kita pada prioritas perbaikan kualitas diri sendiri, yang secara otomatis akan membawa imbas pada perbaikan lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dikatakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, “Ashlih nafsaka yashluh lakan nâs. Perbaikilah dirimu maka orang lain akan berbuat baik kepadamu.”


Kedua, tawâdlu‘ (rendah hati). Sikap ini tidak sulit tapi memang sangat berat. Rendah hati berbeda dari rendah diri. Tawaduk yaitu kemenangan jiwa dari harapan ego yang senantiasa merasa unggul: merasa paling benar, paling pintar, paling saleh, dan seterusnya—yang ujungnya meremehkan orang lain. Tawaduk membuahkan sikap menghargai orang lain, sabar, dan menghormati proses. Dalam perjalanan dakwah, tawaduk terbukti lebih menyedot banyak simpati dan menjadi salah satu kunci suksesnya sebuah seruan kebaikan. Fakta ini bisa kita lihat secara terang dalam usaha Nabi dan pendakwah generasi terdahulu yang tercatat sejarah hingga kini. Wallâhu a‘lam bish-shwâb.


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Itulah salah satu dari khutbah jum’at nu yang dikala ini gres bisa kami sajikan untuk anda gunakan di hari jum’at kapan saja. Mohon maaf apabila da kekurangan, apalagi kalau terdapat kesalahan mohon untuk di koreksi lagi, silahkan cermati dengan baik semua yang ada pada kumpulan khutbah jumat nu lengkap pendek terbaru jatim pdf singkat padat wacana bulan ramadhan bahasa jawa mencari keberkahan hidup dan lain sebagainya dan jangan lupa gunakan teks dari khutbah di atas sebaik mungkin.


Puasa Rajab Berapa Hari Jatuh Pada Tanggal

Puasa ialah salah satu ibadah yang mempunyai ketentuan-ketentuan tertentu yang berafiliasi dengan waktu pelaksanaannya baik itu puasa wajib atau sunnah. Sehingga apabila seseorang akan melaksanakannya maka pertama kali yang harus di ketahui oleh orang tersebut yaitu kapan di mulainya dari jam berapa hingga jam berapa, lantaran apabila tidak mengetahui waktu yang telah di tentukan, tidak menutup kemungkinan dia akan melaksanakan puasa pada waktu yang di haramkan untuk berpuasa sehingga nantinya bukan pahala yang di sanggup tetapi sebaliknya.


Berlakunya pengetahuan terhadap waktu bukan hanya terjadi pada puasa wajib di bulan ramadhan saja tetapi juga mencakup puasa sunnah dan yang lainnya. Seperti pola salah satunya dikala akan mengerjakan puasa rajab. Puasa di bulan rajab hanya beada pada bulan tersebut dan apabila di lakukan pada bulan tidak lagi termasuk puasa rajab tetapi mungkin lebih sempurna di namai dengan puasa sunnah lainnya misal senin kamis, asyura, arafah, tarwiyah, ayyamul bidh dan jenis puasa lainnya.


Sebelum mengulas pada pembahasan pokok yaitu mengetahui berapa hari puasa rajab di kerjakan, terlebih dahulu harus di ingat bahwa bulan rajab termasuk pada bulan haram atau mulia yang di muliakan. Pernyataan ini bukan suatu pendapat yang tidak mempunyai sumber terpercaya tetapi terdapat dalam salah satu firman allah dalam surat At Taubah ayat 36 yang artinya Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas, dalam ketetapan Allah di waktu Dia membuat langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kau menganiaya diri kau dalam bulan itu.


Puasa ialah salah satu ibadah yang mempunyai ketentuan Puasa Rajab Berapa Hari Jatuh Pada Tanggal


Sementara yang di maksud dengan empat bulan haram (mulia) pada surat at-taubah di atas yaitu rajab, muharram, dzulhijjah dan dzulqaidah. Sehingga bagi umat islam apabila ke empat bulan tersebut telah datang di larang untuk melaksanakan peperangan, serta lebih di anjurkan untuk mengisinya dengan majemuk amalan menyerupai mengerjakan puasa sunnah, berdoa serta amal baik lainnya. Bahkan dalam beberapa keterangan juga di jelaskan amalan baik pada bulan tersebut mempunyai keutamaan lebih di banding bulan pada umumnya, tentunya selain bulan ramadhan.


Dan untuk keutamaan bulan rajab serta puasa di bulan tersebut, di terang beberapa hadits yang di antara yaitu Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah shalallahu ‘alahi wassalam memasuki bulan Rajab dia berdo’a:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).


“Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, jikalau puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, jikalau puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan jikalau puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan.” Serta Riwayat al-Thabarani dari Sa’id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, jikalau puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, jikalau puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, jikalau puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya.”


Selanjutnya sesudah mengetahui keutamaan puasa rajab berdasarkan dalil hadits, kita menginjak pada pembahasan puasa rajab di laksanakan berapa hari. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat yang menghukumi puasa rajab dari kalangan 4 madzhab menyerupai dari lebih banyak didominasi ulama kalangan Madzhab Hanafi, Maliki dan Syafi’i beropini bahwa puasa Rajab hukumnya Sunnah selama 30 hari serta Pendapat ini juga menjadi qaul dalam madzhab Hanbali.


Namun di sisi lain para ulama madzhab Hanbali beropini bahwa berpuasa Rajab secara penuh (30 hari) hukumnya makruh apabila tidak disertai dengan puasa pada bulan-bulan yang lainnya. Kemakruhan ini akan menjadi hilang apabila tidak berpuasa dalam satu atau dua hari dalam bulan Rajab tersebut, atau dengan berpuasa pada bulan yang lain. Para ulama madzhab Hanbali juga berbeda pendapat perihal menentukan bulan-bulan haram dengan puasa. Mayoritas mereka menghukumi sunnah, sementara sebagian lainnya tidak menjelaskan kesunnahannya.


Maka dikala kita hendak melaksanakan puasa di bulan rajab namun belum mengetahui jumlah dari puasa rajab berapa hari berdasarkan ketentuan, kini sesudah ada sedikit pembahasan di atas maka sanggup menentukan salah satu dari empat madzhab yang ada di atas di mana dari tida madzhab menawarkan aturan sunnah di lakukan 30 hari tetapi untuk hanbali menghukumi makruh. Oleh lantaran itu biar lebih paham lagi semua hal yang berkaitan dengan puasa rajab berapa hari jatuh pada tanggal tahun 2019 manfaat keutamaan niat hadits shahih perihal sebaiknya silahkan cari lagi pembahasan lain mengenai hal tersebut.


Khutbah Idul Adha Terbaik Wacana Qurban Yang Menciptakan Menangis

Sholat ied idul adha dan idul fitri mempunyai aturan sunnah yang di anjurkan untuk di kerjakan oleh setiap umat muslim, namun keduanya mempunyai perbedaan di banding dengan sholat sunnah pada umumnya yaitu adanya dua khutbah. Perbedaan tersebut menjadi salah satu bukti bahwa sholat sunnah idul adha atau idul fitri mempunyai keunggulan tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya. Seperti pola bisa di lihat pada sholat jum’at yang di kerjakan pada hari yang mempunyai nama sebagai sayyidul ayyâm atau rajanya hari.


Begitu juga dengan idul fitri dan idul adha, di mana kedua hari raya tersebut menjadi momen yang sangat istimewa dan paling di agungkan serta menjadi waktu yang penuh dengan kebahagiaan. Dengan kedudukan sebagai hari yang Istimewa sehingga rosululloh saw pun memerintahkan semua umat muslim untuk keluar rumah guna mengerjakan sholat sunnah ied pada kedua hari raya tersebut, meskipun perempuan yang sedang haid, tetapi bagi yang haid harus duduk di daerah yang terpisah tujuannya yaitu alasannya mereka berhak mendengarkan khutbah, takbir, doa, atau dzikir lainnya sehingga kebahagiaan hari raya lebih terasa.


Meskipun hari raya idul adha berbeda dengan idul fitri yang di awali dengan puasa wajib selama sebulan penuh sebelumnya. Tetapi dari sisi kedudukan aturan keutamaannya sama-sama mempunyai keunggulan yang luar biasa. Bahkan sebelum hari raya idul adha pun juga di perintah semua umat islam yang tidak berhaji untuk mengerjakan puasa dari mulai tanggal 1 hingga 9 dan yang paling di utamakan yaitu dua hari sebelum idul adha atau di sebut dengan tasu’a dan asyura, meskipun sunnah namun keutamaan puasa ini sangat luar biasa, sehingga jangan hingga tidak mengetahui niat puasa idul adha atau yang berafiliasi dengan ibadah sunnah tersebut.


Sholat ied idul adha dan idul fitri mempunyai aturan sunnah yang di anjurkan untuk di kerjak Khutbah Idul Adha Terbaik Tentang Qurban Yang Membuat Menangis


Untuk aturan hutbah dalam sholat ied memang sunnah, namun bukan berarti ketika di laksanakan tidak harus memenuhi sayarat dan rukunnya. Karena meskipun perbuatan sunnah tetap harus mematuhi aturan-aturan ibadah yang telah di tentukan dalam syariat dan apabila tidak di kerjakan maka batal lah ibadahnyanya tersebut. Dan di antara rukunnya yaitu memuji Allah, membaca shalawat, berwasiat perihal takwa, membaca ayat Al-Qur’an pada salah satu khutbah, serta mendoakan kaum Muslimin pada khutbah kedua, dan ini harus benar-benar di penuhi oleh khatib atau orang yang bertugas melakukan khutbah.


Khutbah Ke I


9x اللهُ اَكْبَرْ


اللهُ اَكْبَرْكَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً ، لاَ إِلَهَ إِلاّ الله وَلَهُ الْحَمْدُ فِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَعَشِيًّا وَحِيْنَ تُظْهِرُوْن.


اللهُ اَكْبَرْ3X وَللهِ الْحَمْد. الْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ بَسَطَ لِعِبَادِهِ مَوَاعِدَ إِحْسَانِهِ وَإِنْعَامِه ، وَأَعَادَ عَلَيْنَا فِى هَذِهِ الأَيَّاّمِ عَوَائِدَ بِرِّهِ وَإِكْرَامِه ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى جَزِيْلِ إِفْضَالِهِ وَ إِمْدَادِهْ ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ جُوْدِهِ بِعِبَادِهِْ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِىْ مُلْكِهْ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ عِبَادِهِ وَزُهَّادِهْ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ الكَرِيْمِ وَالرَّسُوْلِ الْعَظِيْمِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا أُمَرَاءَ الْحَجِيْجِ لِبِلاَدِ اللهِ الْحَرَامِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.


اللهُ اَكْبَرْ3 X وَللهِ الْحَمْد ، أَمَّا بَعْدُ :


فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِْ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمُ الْعِيْدِ الأكْبَرْ وَيَوْمُ الْحَجِّ الأَفْخَرْ وَيَوْمٌ ابْتَلَى اللهُ خَلِيْلَهُ إِبْرَاهِيْمَ – عَلَيْهِ السَّلاَمْ – وَأَبَانَ اللهُ فَضِيْلَتَهُ لِلأْنَامِ فَتَقرَّبُوا – رَحِمَكُمُ اللهُ تَعَالَى – بِذَبَائِحِكُمْ وَعَظِّمُوْا شَعَائِرَ رَبِّكُمْ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُفْلِحُوْنْ


Allahu Akbar 3X walillahil hamd.


Sepanjang malam Gemuruh kalimat takbir, tahlil dan tahmid berkumandang bersahutan menggetarkan hati, menyentuh kalbu jiwa-jiwa yang beriman, kemudian pagi ini dengan penuh kebersamaan walau dalam perbedaan ada yang tiba berjalan kaki,memakai kendaraan, berjalan cepat atau menggunakan tongkat, pria dan perempuan, tua-muda, yang sedih atau bangga semua tiba untuk berjamaah bersama dihamparan bumi Allah menghidupkan sunnah sebagai bukti rasa cinta kepada Rasulullah SAW.


Sementara saudara-saudara kita yang menjadi tamu Allah ditanah suci dengan busana ihram yang sama mereka sedang berjuang keras melakukan rangkaian ibadah haji, tanggal 8 Dzilhijjah mereka berangkat dari Makkah menuju ‘Arafah, tanggal 9 Dzilhijjah setelah tergelincir matahari mereka melakukan wukuf dipadang‘Arafah. Pada malam harinya, mereka mabit di Muzdalifah dan mengumpulkan krikil untuk melontar Jumrah di Mina. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan yang akan mengingatkan kita pada dikala kita berada dipadangal Makhsar.


Ya Allah semoga saudara-saudara kami yang sedang bertamu ke Rumah-MU diberikan fasilitas dan kesabaran, serta sanggup kembali ke tanah air mereka dalam keadaan Mabrur. Amin Ya Rabbal ‘alamin

Allahu Akbar 3X walillahil hamd.


Bulan ini ialah bulan Dzil Hijjah, dimana didalamnya ada beberapa bencana besar dalam sejarah Islam, dalam sebuah hadist Rasulullah saw. pertanda : Nabi Adam ‘alaihissalam diterima taubatnya oleh Allah pada tanggal 1 Dzil Hijjah setelah sekian ratus tahun bertaubat. Do’a Nabiyullah Yunus ‘alaihisalam Diijabahi oleh Allah SWT dan dikeluarkan dari perut ikan pada hari kedua bulan Dzil Hijjah, pada hari ketiga do’anya Nabiyullah Zakariya ‘alaihissalam dikabulkan oleh Allah, pada bulan ini pula yakni tanggal empat Dzil Hijjah Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dilahirkan. Demikian pula Nabiyullah Musa ‘laihissalam dilahirkan pada hari kelima di bulan Dzil Hijjah ini. Namun demikian bencana yang besar yang mustahil dilupakan oleh umat Islam ialah tarih atau sejarah ketaatan atau ketaqwaan seorang Kholilullah Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam dan keluarganya yang kita peringati pada hari ini.


Dalam kehidupan ini seringkali harta bisa menciptakan insan lupa pada Allah SWT Yang Maha Kaya, seringkali pangkat dan jabatan kedudukan menimbulkan insan semakin jauh dari Dzat Yang Memberi dan Mengambil pangkat dan jabatan, Namun yang paling banyak kita jumpai ialah kecintaan seseorang terhadap istri dan anaknya bisa mengurangi kecintaan dan ibadahnya kepada Allah Rabbil ‘Izzati.


Dikisahkan sebelum Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam ialah Nabi yang sangat senang memberi ia biasa menyembelih seribu ekor domba, tigaratus lembu dan seratus ekor unta untuk sabilillah, banyak orang yang berdecak kagum bahkan para malaikatpun menganguminya. Melihat dan mendengar kekaguman tersebut Nabi Ibrahim ‘alaihissalam berkata : Kalau saja saya punya seorang anak dan Allah meminta biar saya mengorbankannya maka pasti akan saya korbankan dia.


Pada malam tarwiyyah tanggal 8 Dzil Hijjah Allah menguji ketaqwaan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dia bermimpi diperintah “penuhilah nadzarmu” yaitu menyembelih putra kesayangannya. Waktu itu Nabi Ibrahim belum yakin dan dan masih berfikir apakah perintah itu tiba dari Allah atau hanya dari syaitan yang ingin merusak keharmonisan rumah tangganya ( يَتَرَوَّىْ إِبْرَاهِيْمُ أَهُوَ مِنَ اللهِ أَمْ مِنَ الشَّيْطَانِ ) yang alhasil kita kenal dengan yaumut tarwiyah.


Dalam hadits Nabi dinyatakan :


 مَنْ صَامَهُ أُعْطِيَ مِنَ الأَجْرِ مَا لاَ يَعْلَمهُ إِلاّ اللهُ


”barangsiapa berpuasa pada hari tarwiyah maka dia akan mendapat pahala yang besar tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah “


Keesokan harinya pada tanggal 9 Dzil Hijjah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. ( عَرَفَ إِبْرَاهِيْمُ أَنَّهُ مِنَ اللهِ ) yakinlah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bahwa mimpi itu benar-benar tiba dari Allah SWT. Maka, tanggal 9 Dzil Hijjah kita sebut yaumu ‘Arafah.


Dalam hadits Nabi disebutkan :


أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ ، فَقَالَ : (( يُكَفُِّر السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ))


“Bahwa Rasulullah SAW ditanya perihal puasa ‘Arafah maka dia menjawab :Barang siapa mau berpuasa pada hari Arafah maka Allah akan mengampuni dosanya satu tahun sebelum dan sesudahnya”


Ma’asyiral muslimin wa zumratal mukminin rahimakumullah.


Allahu Akbar 3X walillahilhamd.


Pada malam ketiganya Nabi Ibrahim bermimpi lagi dengan keinginan yang sama maka dia bertekad untuk memenuhi nadzarnya yaitu menyembelih putra kesayangannya, maka pada hari pelaksanaannya disebut dengan “yaumun nahr“ hari pelaksaanan penyembelihan.


Kisah Qurban penyembelihan Nabi Ismail ‘alaihissalam oleh ayahandanya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat asshoffat 102:


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ


102. Maka tatkala anak itu hingga (pada umur sanggup) berusaha bantu-membantu Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya saya melihat dalam mimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kau akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar”.


Hadirin jamaah ‘Iedul Adha yang dimulyaka Allah.


Yang namanya iblis selamanya tidak akan pernah membisu melihat insan akan melakukan ibadah menaati perintah Allah SWT, maka satu-persatu dari keluarga mulia ini digodanya, mulai dari dari Ibrahim ‘alaihissalam sebagai kepala keluarga, Siti Hajar ibu rumah tangga, kemudian Isma’il sebagai anggota keluarga terakhir tak luput dari godaannya. Benteng ketaqwaan dan keshalihan yang kokoh dari seluruh anggota keluarga ini tak bisa dikoyak oleh Iblis laknatullahi ‘alaih.


Sungguh pelajaran yang tepat dari Allah, bahwa setiap keluarga muslim pasti akan mendapat godaan Iblis laknatullahi ‘alaih, terkadang godaan itu lewat ayah, ibu atau bahkan lewat orang-orang yang kita sayangi yaitu belum dewasa kita.


Semoga seluruh anggita keluarga bisa memetik pelajaran indah dan hebat dari cerita keluarga nabi Ibrahim ‘alaihim as salam, kita yang menjadi ayah semoga bisa menjadi seorang ayah yang demokratis, adil dan bijaksana sebagaimana Nabi Ibrahim yang mengajak putranya bermusyawarah untuk melakukan perintah besar dari Allah, para perempuan yang ditaqdir oleh Allah menjadi ibu, semoga bisa meneladani Siti Hajar profil ibu rumah tangga yang mendukung,membantu dan mendo’akan suami dalam menaati perintah Allah, Yang dikala ini masih anak-anak,remaja semoga bisa menggandakan keshalihan Isma’il yang dengan keimanan yang menancap kelubuk hati dan ketawaannya yang tinggi menimbulkan ia sabar dan tulus untuk berbakti kepada orang tuanya sekalipun ia harus “dikorbankan” oleh Ayahnya sendiri demi mengikuti perintah Allah.


Bila sebuah keluarga sudah besar lengan berkuasa maka Negara akan menjadi besar lengan berkuasa dan hebat.


Pada ayat ke 103-108 kita sanggup membaca secara runtut sejarah keteguhan pribadi Ibrahim dan Putranya Ismail ‘alaihimassalam dalam melakukan perintah Allah SWT:


103. tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).


104. dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim,


105. Sesungguhnya kau telah membenarkan mimpi itu[1284] Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.


106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.


107. dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285].


108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang tiba Kemudian,


[1284] Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya.


[1285] Sesudah positif kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.


Allahu Akbar 3X walillahil hamd.


Karena keikhlasan dan ketaqwaan yang betul-betul dari keluarga ini, alhasil Allah SWT menebus (mengganti) nabi Ismail ‘alaihissalam dengan tebusan sembelihan yang besar, seekor kambing yang dibawa dari nirwana oleh malaikat Jibril. Malaikat Jibril bertakbir (Allahu Akar 3X) diteruskan oleh nabi Ibrahim (Lailaha illallahu Allahu Akbar) diakhiri oleh nabi Ismail (Allahu Akbar wa Lillahilhamd).


Betapa penting anutan menyembelih binatang qurban dalam Islam sehingga Rasulullah saw dengan tegas mengatakan:


مَنْ وَجَدَ سَعَةً وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا


“Barangsiapa mempunyai kemampuan,tetapi tidak mau menyembelih binatang qurban maka janganlah ia mendekati musholla kami.”


Dari tegasnya larangan Rasululah “ janganlah mendekati daerah sholat kami” sehingga sebagian ulama’ beropini bahwa menyembelih binatang qurban berhukum wajib atas mereka yang kaya, namun pendapat yang lebih besar lengan berkuasa menyatakan hokum berkurban ialah sunnah muakkad.


Bila dikala ini sebagian dari kita belum mempunyai kemampuan berkorban mudah-mudahan tahun yang akan tiba Allah memberi kita rizqi yang cukup untuk berkorban. Sebab pahalanya orang berkorban sangat besar sebagaimana diriwayatkan:


 أنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ قَالَ : إِلَهِى مَا ثَوَابُ مَنْ ضَحَّى مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ ؟ ، قَالَ: ثَوَابُهُ أَنْ أُعْطِيَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ عَلَى جَسَدِهِ عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَأَمْحُوْ عَنْهُ عَشْرَ سَيِِّئَاتٍ وَأَرْفَعُ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ وَلَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ قَصْرٌ فِى الْجَنَّةِ وَجَارِيَةٌ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ وَمَرْكَبٌ مِنْ ذَوَاتِ الأَجْحَةِ .


“ Sesungguhnya Nabi Daud bertanya pada Allah? “ Ya Allah apa pahala umat Muhammad ‘alaihissholatu wassalam yang berkorban ?” Allah SWT menjawab : “ Pahala bagi orang berkorban ialah Allah akan memberi ganti satu helai bulu binatang korban dengan sepuluh kebaikan, dan Allah menghaps karenanya sepuluh kejelekan, mengangkat karenanya sepuluh derajat, dan setiap helai bulu korban akan diganti di alam abadi dengan sebuah istana di nirwana dan satu bidadari yang amat jelita, dan satu binatang tunggangan yang bersayap”.


Sedangkan bagi yang mereka yang mempunyai kemampuan berkorban tapi ia tidak mau berkorban hingga ia meninggal maka dikhawatirkan ia mati dalam keadaan suul khotimah, sebagaimana sabda Nabi SAW:


أَنّهُ قَالَ : (( مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّا وَإِنْ شَاءَ نَصْرَانِيًّا ))


Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda : “barangsiapa mempunyai kemampuan berkorban tapi ia tidak mau berkorban sehingga ia meninggal maka ia bisa meninggal dalam keadaan yahudi dan juga bisa dalam keadaan nasrani.


أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَن الرَّحِيْم . إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرْ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَاتْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرْ.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى القُرْآنِ الْعَظِيْمْ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْم. اللهُ أَكْبَرْ 3X وَللهِ الْحَمْد


Khutbah Ke II


اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Itulah salah satu dari acuan perihal khutbah idul adha terbaik perihal qurban yang menciptakan menangis bahasa sunda jawa pdf menggetarkan jiwa terbaru untuk tahun ini. Bagi anda yang belum mempunyai konsep atau pedoman perihal khutbah untuk di bacakan nanti dikala hari raya, maka bisa menggunakan khubah yang ada di atas, silahkan di salin atau copy biar nanti bisa eksklusif di gunakan.


Kata Kata Ucapan Selamat Lebaran Hari Raya Idul Adha 1440 H/2019 M

Idul adha menjadi sebuah hari raya besar yang selalu di sambut dengan rasa suka cita oleh seluruh umat islam di seluruh dunia yang jatuh pada tanggal 10 dzulhijjah. Apapun jenis kegiatan yang kiranya sanggup menciptakan hari tersebut terasa istimewa dan tidak keluar dari norma-norma akan di lakukan oleh setiap orang teladan saja saling bersilaturahmi, membagi-bagikan makanan, berkumpul-kumpul di suatu tempat, saling mengunjungi antar saudara, pulang kampung, hingga yang paling istimewa dan tidak akan pernah hilang yaitu adanya program takbiran di tiap-tiap masjid pada malam hari raya idul adha hingga pagi.


Sementara meskipun idul adha ini termasuk salah satu dari dua hari raya dan yang satunya lagi yaitu idul fitri, tetapi dalam hal pelaksanaan perayaannya sangat berbeda jauh. Apabila pada idul fitri di lakukan setelah selesai mengerjakan puasa wajib selama sebulan penuh serta orang-orang akan di ramaikan dengan busana dan pakaian baru. Namun pada idul adha meskipun sama-sama di awali puasa sebelumnya yaitu puasa idul adha namun hukumnya sunnah dan cuma di lakukan beberapa hari, silahkan lihat niat puasa idul adha dan justru bukan pakaian gres yang di nanti namun daging qurban.


Tetapi seiring dengan semakin berkembangnya dunia teknologi terutama dengan lebih canggihnya alat-alat telekomunikasi menyerupai handphone, berdampak pada semakin bertambahnya kegiatan pada hari raya. Di mana kalau dulu mungkin orang-orang ketika ingin menyampikan ucapan selamat hari raya atau kata kata maaf, harus berjalan dulu mengunjungi orang yang di tuju dan niscaya membutuhkan waktu dan tenaga yang luamayan banyak dan hanya sebagian orang yang sanggup di berikan kata maaf tersebut, namun kini sanggup dengan gampang di lakukan hanya dalam hitungan detik tanpa harus mengeluarkan tenaga dan semua keluarga dan teman-teman sanggup mendapatkan kata maaf di hari raya.


Idul adha menjadi sebuah hari raya besar yang selalu di sambut dengan rasa suka cita oleh  Kata Kata Ucapan Selamat Idulfitri Hari Raya Idul Adha 1440 H/2019 M


Memang akhir-akhir ini sejak setiap orang mulai dari anak kecil hingga orang cukup umur sudah di kenalkan dengan kecanggihan handphone, datangnya hari raya pun semakin terasa ramai, lantaran kegiatan penyambutan hari raya semakin bertambah yaitu adanya saling kirim kata ucapan lewat hp tersebut, apalagi kalau melihat semakin banyaknya media umum yang sanggup dengan gampang di susukan semua orang maka kata ucapan pun tidak hanya di kirim lewat sms tetapi juga sambil di sebarkan ke medsos tersebut menyerupai yang sedang terkenal ketika ini yaitu facebook, instagram, line, whats app, bbm, twitter dan yang lainnya.


Bahkan yang lebih menarik lagi, bentuk dari ucapan pun tidak hanya sebatas kata maaf saja, tetapi banyak sekali rangkaian kata di buat seunik mungkin sehingga tidak hanya mempunyai kesan baik tetapi juga terlihat sangat menarik. Misalnya ada yang membuatnya dengan kata puisi, berisikan motivasi, kata-kata hikmah, doa, hingga pantun-pantun unik yang menciptakan pembacanya terasa terhibur. Memang kegiatan pengiriman kata ucapan lewat media umum dan yang lainnya tidak termasuk sunnah tetapi ingat bukan pula termasuk bid’ah lantaran tidak ada dalil yang memerintahkannya dan tidak ada pula dalil yang melarang sehingga sanggup di kategorikan mubah, sebagaimana pendapat para ulama.


“Semoga hidupmu dipenuhi kelezatan,

selezat sate kambing di hari raya qurban

Imanmu dipenuhi ketegaran,

setegar Ismail dan domba sembelihan.

Serta hari-harimu dalam bimbingan,

seperti Ibrahim sang Kekasih ALLAH.

Selamat Idul Adha.”


Berbagi itu Memberi.

Memberi yaitu nenanam.

Setiap yang kita tanam akan berbuah lebih banyak.

Itulah diam-diam dan keajaiban memberi dan berbagi.

Dengan semangat ber’qurban.

Kita tingkatkan keyakinan dan taqwa pada Allah Swt..


“Daging (qurban) dan darahnya itu sekali – kali tidak akan hingga kepada ALLAH

tetapi yang hingga kepada-NYA yaitu ketakwaan kamu. (QS. Al-Hajj ayat 37)

Selamat hari Idul Adha.”


Makasih yah, pengorbananmu selama ini.

Kan kucatat sebagai kenangan yang terindah.

Kau qurbankan dirimu demi kebahagiaanku.

Berqurban demi cinta.

Demi masa depan yang lebih cerah.

Syukuri Nikmat.

Cintai sesame.

dan maafkan aku.

Kau banyak berqurban bagiku.

Aku banyak merepotkanmu.

Met Idul Adha ..


“Kami sekeluarga mohon maaf lahir-batin

Selamat idul Adha

Semoga perjalanan hidup kita semakin gampang dengan rezeki yang cukup dan berkah

Salam untuk keluarga.”


”Hidup yaitu sebuah pencarian.

Labuhkan pencarian hidupmu hanya pada Yang Maha Kekal

meski penuh pengorbanan

Layaknya pencarian dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang hanif

Selamat hari raya Idul Adha.”


Di Idul Adha ini.

Ada jutaan kambing & sapi rela berkorban untuk manusia.

Kini mereka sedang menanti kerelaan insan untuk berkorban.

Menyembelih nafsu kebinatangan yg bercokol di badan ini.

Sudahkah kita melakukannya?

Andai belum.

Maka bahwasanya siapa yg lebih mulia di Idul Adha ini.

Manusia atau mereka ..?

Selamat Idul Adha..


”Ketulusan hati sering terlukai dengan keegoan

Keikhlasan penghambaan sering terguris dengan keangkuhan

Nabi Ibrahim AS selalu menjadi inspirasi tak bertepi untuk perbaiki diri

Met Idul Adha.”


”Selamat hari Raya Idul Adha

Semoga kita sanggup meneladani kualitas pengorbanan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS

dan semoga ALLAH memberi kita kekuatan dalam meneladani dua teladan agung ini

Amin.”


Pengorbanan sejatinya.

Ketika harta, keluarga, dan jiwa diserahkan untuk Allah.

Rasulullah SAW telah mengajar kita arti kurban sebenarnya.

Kesyahidan itulah puncak tertinggi dlm pengorbanan di jalan Allah.

Niatkanlah untuk menerima syahadat di simpulan nafas Kita.

Met Idul Adha ..


Idul Adha yaitu ketika untuk merayakan

semangatmu dalam berkurban

harapanmu pada ampunan

dan keteguhanmu dalam beriman.


Naik unta pergi berhaji

berbekal keyakinan dan ketaqwaan.

Idul Adha ketika berbagai

lambang ukhuwan dan persaudaraan.

Selamat Hari Raya Idul Adha.


Tadhiyah..

Adalah inti dari Idul Adha.

Dimana sabar & taqwa yaitu buahnya.

Mudah2an tiap pengorbanan yg kita persembahkan dlm dakwah.

Diterima-Nya & menjadi syafaat kita.

Met Idul Adha ..


Sebelum terbit mentari

Semburatnya kan kuhiasi

Untaian doa dan harapan

Untukmu di hari raya kurban


Kambing bakar bersaus tiram

Sungguh nikmat untuk santapan.

Allahu akbar walillaahil hamd

Selamat Idul Adha kami ucapkan.


Jika kata yaitu sepotong hati.

Maka ilmu yaitu Cindera jiwa.

Aku ingin berguru dr ayahanda Ibrahim, yg tercinta Ismail.

dan bunda Hajar ttg sabar, ikhlas, dan takwa.

Mohon doamu saudaraku.

Semoga momentum Idul Adha ini.

Menjadikan saya bagai manikam.

yg diuntai dari ketulusan dalam atas sabar dan taqwa.

yg diajarkan oleh sang Maha Murobbi.

Met Idul Adha .


Bunga Bakung indah menawan

lambang kesucian berwarna putih.

Mari emosi dikukung dan ditawan

agar hati menjadi putih lagi.


A-ku Titipkan

S-alam Lewat

S-emilir

A-ngin dan

L-antunan Asma

A-LLAH yg

M-asih menempel pd

U-matNya

A-ndai

L-angit mendengar

I-ngin

A-ku

I-ngin

K-irimkan

U-capan

M-et Idul Adha..


Darah dan daging itu bukan untuk Allah, sobat.

Darah dan daging itu untukmu

Untuk mengurangi nafsu hewanimu

Berqurban, yuk!


Satu juta, satu setengah juta.

Kecil dong? Uang buat qurban itu akan menjadi milyaran nantinya.

Jadi jangan sungkan, mari berqurban.


Mengapa perlu protein hewani?

Biar lebih berpengaruh dan sehat.

Tapi tidak semua sanggup beli daging.

Nah, di hari lebaran Idul adha ini

mari kita berikan daging kepada yang membutuhkan.

Ayo, ikutan berqurban.


Keimanan teruji ketika harus memperlihatkan barang yang dengan susah payah kita upayakan.

Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang lulus ujian ini.

Selamat Idul Adha.

Dan selamat makan-makan bersama orang-orang terkasih.


Anugrahkanlah kesholehan Ibrahim.

Ketaatan Ismail.

Keikhlasan Siti Hajar.

dan Keberkahan Rasulullah SAW kpd kami..

Selamat Idul Adha..

Mohon maaf lahir batin..


Daging mahal terserahlah, punya uang beli aja.

Berqurban mahal tak masalah, punya uang, lakukan aja.

Met lebaran Idul Adha ya. Salam dari gue dan keluarga.


Saudara2ku, Selamat Idul Adha

Semoga semangat berkurban kita terus tumbuh

dan semoga kita saling mengingatkan untuk itu!

Allahuakbar walillahilhamd.


Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Mega, SBY, Jokowi

dan segenap keluarga istana Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 H

Menuju hidup mandiri

Allahuakbar!!! He..he..he…


Kala takbir berkumandang

ayam & angsa lari ke kandang

Sapi & kambing menjadi kurban

babi hanya tersenyum malu lantaran belum masuk Islam..

Selamat Hari Raya IDUL Adha 1438 H.


Jika anda ingin mengetahui sejauh mana atau bagaimana aturan dari memperlihatkan ucapan idul adha maka silahkan cari di artikel lain atau pribadi tiba kepada ustadz dan kiyai terdekat. Dari kami pada artikel ini cukup hanya menyajikan yang berafiliasi dengan kata kata ucapan selamat lebaran hari raya idul adha dalam bahasa arab inggris latin dan artinya sunda lucu bergerak buat pacar yang sanggup di share atau di jadikan gambar dp profil bbm, fb, wa, instagram dan lain sebagainya.


Bacaan Niat Puasa Idul Adha Dzulhijjah 10 Hari Pertama

Harus di ketahui bersama bahwa bagi umat islam mempunyai 3 waktu yang di unggulakan dan masing-masing mempunyai 10 hari, pertama yaitu sepuluh hari simpulan bulan ramadhan, sepuluh hari pertama bulan muharram dan yang terakhir yaitu sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Yang akan kita bahas kali ini yaitu keunggulan dari amalan-amalan di 10 hari pertama bulan dzulhijjah sebelum idul adha yaitu berupa puasa sunnah.


Bulan dzulhijjah menjadi salah satu momen sangat di unggulkan alasannya yaitu di dalamnya terdapat kewajiban menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, sebagai mana kita ketahui bersama bahwa melakukan haji menjadi salah satu dari kelima rukun islam. Namun bagi umat islam lain terutama yang belum bisa melaksanakannya tidak perlu khawatir, alasannya yaitu meskipun belum bisa berangkat haji namun amalan-amalan sunnah di awal bulan ini tidak kalah istimewanya.


Di antara amalan-amalan yang lebih di unggulkan pada sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah yaitu dengan melakukan puasa sunnah semenjak hari pertama kedua hingga tanggal 9 namun yang lebih di unggulkan yaitu pada tanggal 8 yang di sebut dengan puasa tarwiyah dan tanggal 9 yaitu arafah. Sama halnya keunggulan dari amalan di awal 10 hari muharram yang lebih di unggulkan yaitu puasa asyura dan tasu’a pada tanggal 10 dan 9.


Harus di ketahui bersama bahwa bagi umat islam mempunyai  Bacaan Niat Puasa Idul Adha Dzulhijjah 10 Hari Pertama


Dari Ibnu Abbas ra. ia berkata “Tidak ada hari di mana amal shaleh di dalamnya sangat dicintai oleh Allah melebihi 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah. Para sahabat lantas bertanya “apakah amal itu sanggup membandingi pahala jihad fi sabilillah?” bahkan amal pada 10 hari Dzulhijjah lebih baik dari pada jihad fi sabilillah kecuali jihadnya seorang lelaki yang mengorbankan dirinya, hartanya, dan beliau kembali tanpa membawa semua itu (juga nyawanya) sehingga ia mati sahid. Tentu yang demikian itu (mati sahid) lebih baik.


Sehingga dengan datangnya bulan dzulhijjah terutama dalam mengarungi awal-awal bulan dzulhijjah, menjadi sebuah kesempatan yang tak ternilai keutamaannya untuk di jadikan ketika bertaqarrub kepada allah swt baik itu dengan beribadah haji atau melakukan puasa dari awal hingga puasa arafah dan taerwiyah sebagai mana dalam sebuah hadits di jelaskan “Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang kemudian dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim). Dan berikut yaitu bacaan niatnya.


Niat Puasa SUnnah Arafah Tanggal 9


نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Nawaitu shauma ‘arofata sunnatan lillaahi ta’aala


Artinya : Saya niat puasa sunnah arafah alasannya yaitu Allah Ta’ala


Niat Puasa SUnnah Tarwiyah Tanggal 8


نَوَيْتُ صَوْمَ التَّرْوِيَةَ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillaahi ta’aala


Artinya : Saya niat puasa sunnah tarwiyah alasannya yaitu Allah Ta’ala


Niat Puasa Sunah Tanggal 1 – 7 Dzulhijjah


نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِي الْحِجَّةِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Nawaitu shauma syahri dhilhijjati sunnatan lillaahi ta’aala


Artinya : Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah alasannya yaitu Allah Ta’ala


Bulan dzulhijjah hanya tiba 1 kali dalam setahun, maka dari itu jangan hingga di biarkan begitu saja berlalu tanpa di isi dengan amalan-amalan sunnah semoga bisa mendapat keutamaan dan pahala untuk bekal di hari nanti. Silahkan cermati dengan baik terutama yang berkaitan eksklusif dengan bacaan niat puasa idul adha dzulhijjah 10 hari pertama 2 pertama dan kedua idul fitri berapa hari lafadz arafah tarwiyah dan yang lainnya.


Pengertian Waktu Niat Doa Dan Tata Cara Pelaksanaan Sholat Idul Adha

Pengertian sholat idul adha ialah sholat sunnah ied yang di kerjakan pada tanggal 10 dzulhijjah atau di kenal dengan hari raya idul adha. Sedangkan untuk waktu pelaksanaanya yaitu di kerjakan pagi hari sehabis matahari terbit, jikalau di perkirakan ukuran pukul 6 pagi, namun mengenai waktu tepatnya terbit biasanya sudah di umumkan eksklusif dari pihak kemenag sebelumnya untuk tiap-tiap tempat atau di beritahukan oleh para ulama dan kiayi yang mempunyai keahlian khusus di bidang tersebut.


Meskipun sholat idul adha sama halnya ibarat idul fitri yaitu mempunyai aturan sunnah, namun dalam pelaksanaannya sangat di anjurkan baik itu bagi pria atau perempuan, bahkan berdasarkan sebagian pendapat perempuan haid pun sebaiknya ikut pergi ke tempat pelaksanaan sholat namun duduknya di tempat terpisah yang di khususkan untuk perempuan haid, tujuannya guna sama-sama mendengarkan ceramah dari isi khutbah idul adha, sama-sama bertakhbir dan lain sebagainya.


Jika melihat dari teknis pelaksanaan dan waktunya yang dilakukan hanya satu tahun sekali, seperti sholat idul adha dan idul fitri ini berbeda dengan sholat pada umumnya. Padahal sebetulnya dari Syarat dan rukun bahkan hal-hal yang membatalkan dan pekerjaan-pekerjaan atau ucapan-ucapan yang disunnahkan pada sholat idul adha sama ibarat halnya sholat pada umumnya. Tetapi mungkin ada sedikit perbedaan yaitu pada sholat idul adha dan idul fitri tidak di awali dengan adzan dan iqamah.


Pengertian sholat idul adha ialah sholat sunnah ied yang di kerjakan pada tanggal  Pengertian Waktu Niat Doa Dan Tata Cara Pelaksanaan Sholat Idul Adha


Selain itu juga sholat idul adha dan idul fitri di sunnahkan untuk di kerjakan secara berjamaah di tempat luas yang sekiranya bisa menampung semua jamaah baik itu berupa masjid atau lapangan. Namun berdasarkan sebagian pendapat apabila terjadi seseorang terlambat sehingga tidak sempat mengikuti berjamaah atau mungkin alasannya ialah adanya halangan sehingga benar-benar tidak bisa mengikutinya, maka sebaiknya sholat ied di lakukan sendiri atau munfarid dari pada tidak mengerjakan sama sekali.


Sholat idul adha di kerjakan sebanyak 2 rakaat secara di berjamaahkan dan mempunyai aturan sunnah yang sangat di anjurkan, serta apabila sholat idul adha di sunnahkan untuk segera di lakukan apabila sudah masuk pada waktunya alasannya ialah bertujuan supaya bisa dengan cepat menyembelih binatang qurban, sedangkan apabila idul fitri lebih baik agak di lambatkan atau agak di akhirkan alasannya ialah untuk memberi kesempatan pada orang-orang muslim yang belum sempat mengeluarkan zakat fitrah, sedangkan untuk tata cara lengkapnya lansung simak di bawah ini.


Tata cara Sholat Idul Fitri


1. Niat Sholat Idul Adha


أُصَلِّي سُنَّةَ عِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى


Usholli sunnatan ‘iedil adha rak’ataini lillahi ta’ala


Artinya : Saya Niat Sholat Sunnah Idul Adha 2 Rakaat Karena Allah Ta’ala


2. Takhbirotul Ikhram

3. Di Lanjut Membaca Doa Iftitah

4. Sesudah Membaca Iftitah Di lanjut Takhbir Lagi sebanyak 7 kali untuk rakaat pertema, dan di antara takhbit tersebut membaca : سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

5. Membaca Surat Al-Fatatihah

6. Membaca salah satu surat dari Al-qur’an yang sudah di hafal, Lebih di anjurkan surat Ghasyiyah

7. Di lanjut dengan ruku, kemudian bangun dari ruku, kemudian sujud, dan duduk diantara dua sujud, sujud lagi yang kedua, dan kemudian eksklusif bangun untuk mengerjakan rakaat kedua.

8. Setelah bangun untuk rakaat kedua, kemudian eksklusif melaksanakan takhbir lagi 5 kali sambil mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” serta di antara takhbir tersebut membaca bacaan ibarat yang ada pada poin ke empat.

9. Untuk pelaksanaan rakaat kedua sama ibarat pada rakaat pertama yang nantinya di akhiri dengan tasahud final dan salam.


Sesudah selesai mengerjakan sholat idul adha, semua jamaah tidak di perbolehkan untuk eksklusif pulang, namun harus mengikuti terlebih dahulu khutbah idul adha yang di bacakan oleh petugas yang sudah di tujuk untuk mengerjakannya, kiprah makmum atau jamaah cukup hanya mendengarkannya saja secara khusu, terkecuali jikalau memang sholat tersebut di lakukan secara sendiri. Setelah selesai khutbah maka eksklusif di perbolehkan untuk pulang, atau bisa juga di tutup dengan bersalam-salaman.


Itulah sedikit dari pembahasan mengenai sholat idul adha yang bisa di jadikan panduan bagi kalian yang sedang mencari acuan untuk di amalkan. Silahkan baca dengan baik dan fahami secara benar terutama dari semua yang berafiliasi dengan pengertian waktu niat doa Dan tata cara pelaksanaan sholat idul adha beserta artinya idul fitri berapa rakaat, di mulai jam pukul sendiri di rumah atau mungkin cari juga keutamaan dan dalil hadits yang berkaitan dengan sholat idul adha.


Tata Cara Bacaan Doa Niat Sholat Subuh Tuntunan Waktu Keutamaan

Sholat subuh atau dengan istilah lain juga di sebut dengan sholat fajar yaitu satu dari lima kewajiban sholat sehari semalam yang waktu waktu pelaksanaannya selama belum terbinya matahari yang awal atau kira-kira waktu subuh ini sekitar pukul 04:45 pagi hari. Jumlah dari rakaat sholat subuh ini lebih sedikit di banding dengan waktu lainnya yaitu hanya dua rakaat saja, akan tetapi meskipun cukup singkat di dalam sholat subuh menyimpan aneka macam manfaat dan keutamaannya.


Sholat subuh memang menjadi sholat yang cukup Istimewa untuk di bahas, bukan hanya terdapat doa qunut di dalamnya juga menjadi waktu yang di mana tidak sedikit dari orang-orang yang suka melek di waktu malamnya hingga ketika menjelang ketika subuh ketiduran dan sholat subuh pun tertinggal alasannya yaitu berdiri sudah dalam keadaan matahari sudah memancarkan sinarnya. Mungkin tidak sedikit dari mereka yang selalu bertanya bagaimana dengan kebiasaan tersebut yaitu tidur mejelang waktu subuh sehingga sholat pun sering di lakukan dengan cara qadha lantaran memang tidak ingat datangnya waktu subuh.


Dalam hal ini bergotong-royong apabila tidurnya menjelang subuh tidak di sengaja kemudian beliau terbisa berdiri di siang hari maka melihat pada aturan dasar maka tidak apa-apa namun tetap wajib qadha. Akan tetapi alangkah baiknya jikalau tidak membisakan hal tersebut lantaran takut termasuk pada kategori lalai pada ibadah. Apalagi sholat subuh hukumnya wajib jadi alangkah lebih baik jikalau di lakukan sempurna waktu dan tidak membiasakan berdiri siang hari dengan cara kurang begadang atau melek di malam hari.


Sholat subuh atau dengan istilah lain juga di sebut dengan sholat fajar yaitu satu dari l Tata Cara Bacaan Doa Niat Sholat Subuh Tuntunan Waktu Keutamaan


Dalam permasalahan sholat subuh sama dengan sholat wajib yang lainnya baik dari sisi tata cara, bacaan, hingga gerakannya bahkan termasuk rukun shalat di dalamnya. Perbedaannya hanya terletak pada bacaan niat dan jumlah rakaatnya saja yang di kerjakan hanya cukup 2 rakaat saja serta melaksanakan qunut pada rakaat kedua ketika i’tidal sebelum ruku. Selain niat dan jumlah rakaat maka sholat subuh sama keseluruhan tata caranya dengan sholat wajib lainnya.


Waktu Sholat Subuh


Sedangkan untuk batasan di mulainya waktu sholat subuh sebagaimana di memutuskan oleh kalangan masyhur para ulama yaitu di mulai dari semenjak terbitnya fajar shadiq hingga dengan terbitnya matahari, namun untuk kehati hatian maka batas waktu subuh hanya hingga dengan langit arah timur kekuning-kuningan tanda akan terbitnya matahari. Itulah mengenai sedikit pembahasan yang ada kaitannya dengan waktu dan sholat subuh, sedangkan untuk niatnya sanggup pribadi simak di bawah ini dengan lengkap.


Tata Cara Tuntunan Sholat Subuh/Imam


1. Takhbiratul Ikhram sambil membacakan (menghadirkan niat dalam hati)


Niat Sholat Subuh Untuk Makmum


اُصَلّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا/إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى


Usholli Fardhos shubhi Rak’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa-an Ma’muuman/imaaman Lillaahi Ta’aalaa


Artinya : Aku berniat shalat fardu Shubuh dua raka’at menghadap kiblat sebagai ma’mum/imam lantaran Allah Ta’ala


Niat Sholat Subuh Sendiri


اُصَلّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى


Usholli Fardhos shubhi Rak’ataini Mustaqbilal Qiblati Adaa-an Lillaahi Ta’aalaa


Artinya : Aku berniat shalat fardu Shubuh dua raka’at menghadap kiblat lantaran Allah Ta’ala


2. Membaca Doa Iftitah

3. Membaca surat Al-Fatihah

4. Selanjutnya membaca salah satu surat dari al-qur’an

5. Lalu ruku sambil membaca bacaannya

6. Berdiri dari ruku’ atau ‘itidal dan membaca doanya

7. Kemudia ruku sambil membaca bacaannya

8. Duduk di antara 2 sujud sambil membaca doanya

9. Sujus lagi sambil membaca bacaannya

10. Berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua. Untuk rakaat kedua bacaan dan gerakannya sama dengan rakaat pertama tetapi ketika berdiri dari ruku atau ketika ‘itidal harus membaca doa qunut dan setelah qunut kemudian pribadi ruku sebagaimana rakaat pertama yang nanti selanjutnya melaksanakan tahiyat atau tasahud tamat yang di akhiri dengan 2 kali salam sambil menengok ke kanan dan kiri.


Doa Setelah Sholat Subuh


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

اَللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. صَلاَةً تُنْجِيْنَابِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلاَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ. وَتَقْضِىْ لَنَابِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ.وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ. وَتَرْفَعُنَابِهَا عِنْدَكَ اَعْلَى الدَّرَجَاتِ. وَتُبَلِّغُنَا بِهَا اَقْصَى الْغَيَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِى الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ اِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَاقَاضِىَ الْحَاجَاتِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَيَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَيَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَتَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَيُسْتَجَابُ لَهَا

رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin. Hamday yu-waafii ni’amahuu wa yukaafi’u maziidah. Yaa rabbanaa lakalhamdu wa lakasy syukru ka-maa yambaghiilijalaaliwajhika wa ‘azhiimisul-thaanik”.

Allaahumma Shalliwasallim ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadiw Wa ‘Alaa Aali Sayyidinaa Muhammad. Shala Atan Tun Ajihnaa Bíhaa Minjamii’il Ahwaali Wal Aafaat. Wa Taqdhii Lanaa Bihaa Jamii’al Haajaat. Wa Tuthahhirunaa Bihaa Min Jamii’is Sayyi’aat. W Atarfa ‘ Un A A Bihaa ‘Indaka ‘ A’laddarajaat. Wa Tuballighunaa Bihaa Aqshal Ghaayaati Min Jamii’il Khairaatifil Hayaatiwa Ba’dal Mamaat. Innahu Samii’un Qariibum Mujiibud Da’awaat Wayaa Qaadhiyal Haajaat.

Allaahumma Innaa Nas’aluka Salaamatan Ftddiini Waddun-Yaa Wal Aakhirah. Wa ‘Aafiya-Tan Fil Jasadi Wa Shihhatan Fil Badani Wa Ziyaadatan Fil ‘Ilmi Wa Barakatan Firrizqi Wa Taub Atan Qablal Maut Wa Rahm Atan ‘Indalmaut Wa Maghfiratan Ba’d Al Maut. Allaahumma Hawwin ‘Alainaa Fii Sakaraatil Maut Wan Najaata Minan Naari Wal ‘Afwa ‘Indal Hisaab

Allaahumma Innaa Na’uudzu Bika Minal ‘Ajzi Wal Kasali Wal Bukhli Wal Harami Wa ‘Adzaabil Qabri.

Allaahummainnaa Na’uudzu Bika Min ‘Ilmin Laa Yanfa’ W Amin Qalbin Laa Yakhsya’ W Amin Nafsin Laa Tasyba’ Wamin Da’watin Laa Yustajaabu Lahaa.

Rabbanagh Firlanaa Dzunuubanaa Wa Liwaa-Lidiinaa Walimasyaayikhinaa Wa Limu’alli-Mienaa Wa Liman Lahuu H Aqqun’ Alain Aa Wa Lim An Ahabba Wa Ahsana Ilainaa Wa Likaaffatil Mus Limun A Ajma’iin.

Rabbanaa Taqabbal Minnaa Innaka Antas Samii’ul ‘Aliim, Wa Tub ‘Alainaa Innaka Antat Ta Wwa Abur Rahiim.

Rabbanaa Aatinaa Fiddunnyaa Hasanah, Wa Fil Aakhirati Hasanah, Waqinaa ‘Adzaa Ban Naar.

Washallallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Muhamma-Din Wa’alaa Aalihiwa Shahbihiiwa Sallam, Wal Hamdu Lillaahirabbil ‘Aalamiin.


Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segalah syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.

Wahai Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan keluarganya, yaitu rahmat yang sanggup menyelamatkan kami dari segala ketakutan dan penyakit, yang sanggup memenuhi segala kebutuhan kami, yang sanggup mensucikan diri kami dari segala keburukan, yang sanggup mengangkat derajat kami ke derajat tertinggi di sisi-Mu, dan sanggup memberikan kami kepada tujuan maksimal dari segala kebaikan, baik semasa hidup maupun setelah mati. Sesunggunya Dia (Allah) Maha Mendengar, Maha Dekat, lagi Maha Memperkenankan segala doa dan permohonan. Wahai Dzat yang Maha Memenuhi segala kebutuhan Hamba-Nya.

Wahai Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadaMu, kesejahteraan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, komplemen ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum tiba maut, rahmat pada ketika tiba maut, dan ampunan setelah tiba maut. Wahai Allah! Permudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (Berilah kami) keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada ketika dilaksanakan hisab.

Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari sifat lemah, malas, kikir, pikun dan dari azab kubur

Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak kenal puas, dan dari doa yanag tak terkabul.

Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang renta kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh umat islam.

Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.

Semoga Allah menawarkan rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam


Keutamaan Sholat SUbuh


Sekarang ini pemrintah indonesia sudah menyerukan tema subuh berjamaah, lantaran memang waktu subuh mempunyai keajaiban atau keutamaan yang luar biasa, di mana subuh yaitu menjadi waktu dari di bukakannya pintu rezeki serta jikalau berdoa pada waktu subuh maka segala hajat akan di kabulkan. Bahkan selain itu juga dalam beberapa keterangan di sebutkan bahwa seholat subuh berjamah mempunyai keitimewaan yang sangat luar biasa tingginya menyerupai disebutkan dalam beberapa hadits bunyinya sebagai berikut:.


ليس صلاة أثقل على المنافقين من الفجر والعشاء، ولو يعلمون ما فيهما، لأتَوهما ولو حبوًا، ولقد هممتُ أن آمُرَ المؤذِّن فيُقيم، ثم آخُذَ شُعلاً من النار، فأحرِّقَ على من لا يخرج إلى الصلاة بعد


“Tidak ada Shalat yang lebih berat (dilaksanakan) bagi orang munafik daripada shalat Subuh dan Isya. Seandainya mereka tahu (keutamaan) yang terdapat di dalamnya, pasti mereka akan melakukannya kendati dengan merangkak. Sungguh saya telah hendak memerintahkan kepada petugas azan untuk iqamat (Shalat) kemudian saya mengambil bara api dan mengkremasi (rumah) orang yang belum tidak keluar melaksanakan Shalat (di masjid).” (HR. Bukhari-Muslim, dari Abu Hurairah)


مَن صلَّى الصبح، فهو في ذمة الله، فلا يَطلُبَنَّكم الله من ذمَّته بشيء؛ فإن من يطلُبهُ من ذمته بشيء يدركه، ثم يَكُبه على وجهه في نار جهنم


“Barang siapa yang melaksanakan shalat Subuh maka beliau berada dalam jaminan Allah. Maka jangan hingga Allah menuntut kalian sesuatu apa pun pada jaminan-Nya. Karena barangsiapa yang Dia tuntut pada jaminan-Nya, pasti Dia akan mendapatkannya. Kemudian beliau akan ditelungkupkan pada wajahnya di dalam Neraka.” (HR. Muslim, dari Jundubibn Abdillah al-Bajali Radhiallahu ‘anhu)


Selain dalil di atas masih banyak lagi keterangan atau klarifikasi mengenai keutamaan dari sholat subuh. Maka dari itu mari kita sama-sama untuk senantiasa membiasakan berdiri subuh untuk berjamaah sholat dan silahkan bagi yang membutuhkan niat sholat subuh sanggup di hafalkan pribadi serta semua yang ada kaitannya dengan tata cara bacaan doa niat sholat subuh tuntunan waktu keutamaan sebelum dzuhur berapa rakaat keajaiban kesiangan berjamaah hingga isya qodho menjadi imam bahasa arab dan lain sebagainya.