Baca juga :
Amalan Agar Aura Tubuh dan Wajah Bersinar Awet Muda
17 Doa Pembuka Pintu Rezeki dan Kekayaan Melimpah
Pada dasarnya sebagai mana yang telah di ketahui bersama, sebetulnya puasa terbagi menjadi dua jenis yang pertama puasa wajib yang dihentikan tidak harus di kerjakan menyerupai ramadhan dan apabila di tinggalkan hukumnya bedosa. Dan yang kedua yaitu puasa sunnah yang apabila di tinggal tidak menjadi dosa tetapi hanya tidak akan mendapat keutamaan dan puasa sunnah juga terbagi menjadi beberapa bab yaitu mingguan menyerupai senin kamis bulanan dan tahunan menyerupai salah satunya puasa di bulan sya’ban.
Puasa bulan sya’ban merupakan kesunnahan yang mempunyai keutamaan sangat besar di mana baginda nabi saw sangat menyukai kedatangan bulan ini dan selalu mengisinya dengan ibadah puasa. Bahkan salah satu ulama pengarang kitab Nihayatul Zein yaitu Syeikh Nawawi al-Bantani menjelaskan bahwa “Puasa Sya’ban disunnahkan alasannya Rasulullah SAW menyukai puasa pada bulan tersebut. Siapa yang puasa Sya’ban, beliau akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW di hari alam abadi kelak”.
Memang bukan lagi suatu hal yang ajaib dan niscaya sudah banyak di ketahui oleh semua kalangan umat islam bahwa sesungguhnya bulan sya’ban ini termasuk bulan yang di unggulkan di banding yang lainnya selain ramadhan. bahkan banyak sekali amalan akan di berikan pahala lebih serta banyak pula jenis ibadah sunnah yang di perintah untuk di kerjakan pada bulan ini terutama di malam nisfu sya’ban harus di isi atau di hidupkan dengan cara berdoa, membaca surat yasin sholat sunnah dan yang lainnya.
Sedangkan untuk mengenai tata cara dari puasa sunnah nisfu sya’ban atau sepertengah pertama bulan sya’ban sebenarnya sama dengan puasa yang lainnya, namun ada hal yang perlu di ketahui yaitu batasan waktu tanggal pelaksanaannya. Para ulama setuju bahwa puasa dari mulai tanggal 16 hingga 30 sya’ban hukumnya yaitu haram terkecuali puasa nadzar dan qadha, serta apabila puasa tanggal 15 maka boleh puasa tanggal 16, dan boleh juga di lanjut tanggal 17 nya namun apabila tanggal 18 tidak berpuasa maka tanggal 19 nya haram berpuasa.
Keterangan di atas senada dengan salah satu keterangan dalam kitab I’aanah at-Thoolibiin II/273 :
قوله وكذا بعد نصف شعبان ) أي وكذلك يحرم الصوم بعد نصف شعبان لما صح من قوله صلى الله عليه وسلم إذا انتصف شعبان فلا تصوموا( قوله ما لم يصله بما قبله ) أي محل الحرمة ما لم يصل صوم ما بعد النصف بما قبله فإن وصله به ولو بيوم النصف بأن صام خامس عشره وتالييه واستمر إلى آخر الشهر فلا حرمة
(Keterangan ‘begitu juga haram puasa sesudah nisyfu sya’ban) menurut hadits “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa”. Keharaman ini dengan catatan bila puasa sesudah hari nisyfu sya’ban (tanggal 16-pen) tersebut tidak disambungkan dengan puasa sebelumnya, bila disambungkan meskipun dengan berpuasa ditanggal separuh bulan sya’ban (meskipun hanya disambungkan dengan puasa pada tanggal 15) dan kemudian disambung dengan hari setelahnya hingga tanggal 30 (syaum assyak) maka tidak lagi dihukumi haram.
Keharam puasa sunnah sesudah tanggal 15 mengacu kepada salah satu hadits yang di riwayatkan oleh al’Allaa’ Bin Abdur Rohman dari ayahnya dari Abu hurairah ra “Bila bulan sya’ban telah menjadi separuh, janganlah kalian berpuasa” (HR . Ashaab assunan disahihkan oleh Ibnu Hibbaan dan lainnya. Maka dari itu sesudah kita mengetahui bagai mana keadaan atau kedudukan dari puasa sunnah di bulan sya’ban, kini jangan biarkan bulan tersebut berlalu begitu saja tanpa di isi dengan suatu hal yang sunnah menyerupai puasa, dan untuk niatnya mari simak di bawah ini.
Niat Puasa Sya’ban
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
Nawaitu Shauma Syahri Sya’bana Sunnatan Lillahi Ta’aala
Artinya : Saya niat puasa bulan sya’ban sunnah alasannya Allah ta’ala
Tersimpan manfaat tersendiri saat kita mengerjakan puasa di bulan sya’ban, yaitu di karenakan sebentar lagi akan menjalankan puasa wajib sebulan penuh maka puasa sya’ban selain kesunnahan jikalau di jadikan sebagai training diri dan pembelajaran untuk menghadapi puasa yang di wajibkan nanti. Maka dari itu silahkan kini cermati semua yang ada pada pengertian keutamaan tata cara niat puasa nisfu Sya ban berapa hari ganti buka 2019 rumi dan lain sebagainya.
Kedatangan bulan sya’ban bagi sebagian kalangan umat islam, selalu di jadikan sebagai sebuah waktu untuk di isi dengan memperbanyak amalan-amalan kebaikan mulai dari puasa, bersilaturahmi, mengunjungi para guru dan kiyai sampai melaksanakan shalat nisfu sya’ban di pertengahan tanggal malam bulan tersebut. Tentu hal menyerupai ini di lakukan bukanlah tanpa alasannya atau mengarang-ngarang saja tetapi bulan sya’ban di yakini sebagai bulan puasa yang menyimpan banyak sekali diam-diam besar, sebagai mana di jelaskan dalam beberapa keterangan hadits dan pendapat para ulama dalam kitabnya.
Terlebih lagi dikala malam nisfu nisfu sya’ban datang, maka sudah menjadi budaya dari semenjak dulu bahwa malam tersebut selalu di jadikan sebagai malam untuk melaksanakan banyak amalan dan salah satunya yaitu dengan melkukan sholat sunnah. Namun tidak sanggup di pungkiri, bahwa mengenai amalan sholat di malam nisfu sya’ban ini terjadi perbedaan pendapat bahkan ada di golongan yang mengnggap bahwa bila di kerjakan akan termasuk pada amalan bid’ah dhalalah. Padahal bila di cermati dengan baik mustahil ulama salaf terdahulu mencontohkannya apabila tidak di dasari dengan keilmuannya.
Dituturkan oleh Sayyid Murtadha Azzabidi dalam Kitab Ittihafissadatil Muttaqin, Syarh Ihyaa` Ulumiddin juz 3 halaman 424 bahwa ” Ulama khalaf telah mewarisi para ulama salaf dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan melaksanakan shalat enam rakaat sesudah shalat Maghrib, Tiap dua rakaat dengan satu salaman. Setiap satu rakaat membaca surat Al Fatihah satu kali dan Surat Al Ikhlas enam kali. Usai shalat dua rakaat, membaca Surat Yasin satu kali dan berdoa dengan doa yang telah masyhur yaitu doa malam nisfu sya’ban dan berdoa memohon kepada Allah biar diberi keberkahan didalam umurnya, Bacaan kedua memohon biar agar diberi keberkahan didalam rizkinya, Bacaan ketiga memohon biar diberi keberkahan menerima predikat husnul Khatimah.
وَقَدْ تَوَارَث الْخَلَفُ عَنِ السَّلَفِ فِيْ إِحْيَاءِ هَذِهِ اللَّيْلَةِ بِصَلَاةِ سِتِّ رَكَعَاتٍ بَعْدَ صَلَاة الْمَغْرِبِ
كُلُّ رَكْعَتَيْنِ بِتَسْلِيْمَةٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بِالْفَاتِحَةِ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ سِتَّ مَرَّاتٍ
بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَأُ سُوْرَةَ يس مَرَّةً وَيَدْعُوْ اَلدُّعَاءَ الْمَشْهُوْرَ بِدُعَاءِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
وَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى اَلْبَرَكَةَ فِي الْعُمْرِ ثُمَّ فِي الثَّانِيَةِ اَلْبَرَكَةَ فِي الرِّزْقِ ثُمَّ فِي الثَّالِثَةِ اَلْبَرَكَةَ فِيْ حُسْنِ الْخَاتِمَةِ
Bahkan wacana sholat di malam nisfu sya’ban ini juga di perkuat oleh fatwanya ibnu taimiyyah dalam kitab majmu juz 1 halaman 469 “Ibnu Taimiyah ditanyai wacana sholat nisfu sya’ban ? dia menjawab : ” dikala seseorang sholat dimalam nisfu sya’ban secara sendirian atau secara berjama’ah khusus sebagaimana yang dilakukan oleh sekelompok ulama’ salaf maka itu lebih bagus.” Dengan begitu apabila menganggap bahwa ini amalan dhalalah berarti mengangap juga bahwa ulama salaf yang menyuruh dan menjalankannya juga termasuk di dalamnya.
وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ فَقَدْ رُوِيَ فِي فَضْلِهَا أَحَادِيثُ وَآثَارٌ وَنُقِلَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ فِيهَا فَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِيهَا وَحْدَهُ قَدْ تَقَدَّمَهُ فِيهِ سَلَفٌ وَلَهُ فِيهِ حُجَّةٌ فَلَا يُنْكَرُ مِثْلُ هَذَا.
Artinya, “Adapun (shalat) pada malam nisfu Sya‘ban, maka banyak hadits serta atsar dari sobat yang menyebutkan keutamaannya. Dikutip dari segolongan ulama salaf bahwa mereka melaksanakan shalat pada malam nisfu Sya‘ban. Maka shalat yang dilakukan seseorang pada malam tersebut secara sendirian telah dicontohkan oleh para ulama salaf, amalan tersebut memiliki dalil sehingga tidak perlu diingkari.”
Adapun bila ada anggapan mengenai hadits-hadits yang mengambarkan hal tersebut dhaif, maka kedhaifannya tersebut tidak serta merta di hukumi sebagai dhalalah bila di kerjakan. Sebab hadits dhaif boleh di amalkan bila hanya bertujuan untuk fadhailul amal. Makara kesimpulannya melaksanakan shalat pada malam nisfu sya’ban di perbolehkan tidak ada larangan sebagai mana para ulama terdahulu juga melaksanakannya, dan bagai mana pun kita sebagai penerusnya harus mengikuti mereka yang lebih tahu akan keilmuannya.
Sedangkan mengenai tata cara pelaksanaa dari sholat nisfu sya’ban tidak ada perbedaan dengan yang lainnya yaitu di kerjakan 2 rakaat 1 kali salam sesudah sholat maghrib sebanyak 6 rakaat, sedangkan adapun mengenai bacaan surat di anjurkan tiap rakaat membaca surat al tulus sebanyak 6 kali. Silahkan anda amalkan dan pelajari juga semua hal yang berkaitan dengan aturan cara sholat nisfu sya’ban sendiri berjamaah dan artinya doa sesudah berapa rakaat berdasarkan nu suryalaya rumi dan lain sebagainya.
Sekarang ini kita sudah memasuki lagi bulan sya’ban dan tidak usang lagi ramadhan akan segera tiba, sebagai mana telah di ketahui bersama bahwa selain ramadhan, baginda nabi saw juga memuliakan bulan lainnya dan di antara salah satunya ialah bulan sya’ban. Ketika bulan ini tiba baginda rosul saw selalu mengisinya dengan aneka macam amalan-amalan dan di antaranya dengan mengerjakan puasa.
Sedangkan mengenai aturan peringatan malam nisfu sya’ban atau yang di maksud menghidupkan malam tersebut dengan amalan-amalan baik di tunjang oleh beberapa hadits yang menyatakan bahwa malam nisfu sya’ban merupakan dikala pengampunan dosa atau malam maghfirah sehingga masuk akal saja kalau waktu tersebut di idi oleh sebagian banyak umat islam untuk menghidupkan dengan aneka macam amal kebaikan menyerupai bacaan sayyidul istighfar, sebagaimana suara haditsnya yaitu.
يطلع الله الي جميع خلقه ليلة النصف من الشعبان فيغفر لجميع خلقه الا لمشرك او مشاحن
Artinya : Allah memandang semua makhluk-Nya pada malam nisfu Sya‘ban kemudian mengampuni dosa mereka kecuali dosa musyrik dan dosa kemunafikan yang menyebabkan perpecahan.
Hadits di atas berdasarkan kebanyakan para jago hadits ialah dhaif, tetapi menyikapi wacana hadits dhaif menyerupai di atas boleh di kerjakan untuk tujuan fadhailul amal atau untuk mengerjakan amalan yang di unggulkan, bahkan ada yang menyatakan bahwa hadits di atas tidak termasuk dhaif yang terlalu fatal ke dhaifannya, maka dari memprbanyak amalan di bulan sya’ban terutama di malam isfu sya’ban di perbolehkan.
Selain berpuasa di bulan sya’ban, juga di sangat baik kalau malam nisfu sya’ban di jadilkan waktu untuk berdoa memohon kepada allah swt semoga dosa di ampuni. Karena dalam beberapa keterangan bahwa malam nisfu sya’ban merupakan malam ampunan di mana allah swt akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik serta orang-orang yang di dalam dirinya masih menyimpan kebencian, hal ini senada dengan hadits.
ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء
Artinya, “(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).
Di antara amalan-amalan baik yang sampai dikala ini masih membudaya di kalangan umat islam di antaranya pada malam nisfu sya’ban orang-orang akan berkumpul untuk membacakan surat yasin 3 kali yang kemudian di tutup oleh bacaan doa doa malam nisfu sya’ban. namun mengenai bacaan doanya setiap masing-masing ustadz mempunyai bacaan berbeda-beda meski tujuannya sama, dan untuk rujukan terbaik yaitu di bawah ini.
Doa Malam Nisfu Sya’ban
إِلَهِيْ تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَّلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْنَ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ، وَتَمْــنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ،
فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِيْ مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ الْعِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِيْ مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَاجْزَلِ خَلْقِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقِسْمًا وَهِبَةً وَعَطِيَّةً فِيْ كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِيْ هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ تَهْدِيْ بِهِ أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضُرٍّ تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِيْ كُلَّ شَرٍّ وَوَفِّقْنِيَ اللَّهُمَّ لِمَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ وَارْزُقْنِيَ الْعَافِيَةَ وَالْبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِي الْأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِيْ مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ
اَللَّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لُطْفٍ إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَفَحَاتِ عَطْفٍ إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ عِنَايَاتِ إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِيْ بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتٍ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الْحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرَتْ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ،
فَهَبْ لِيَ اللَّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفِيْ مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِيْ مِنْ عَطْفِكَ الوَفِيِّ نَفْحَةً طَيِّبَةً تُطْلِقُ بِهَا أَسْرِي مِنْ وَثَاقِ شَهْوَتِيْ، وَالْحَظْنِيْ وَاحْفَظْنِيْ بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً تُنْقِذُنِيْ بِهَا وَتُنْجِيْنِيْ بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلَالَةِ, وَآتِنِيْ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ وَاسْمَعْ دُعَائِيْ، وَعَجِّلْ إِجَابَتِيْ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ وَعَافِنِيْ، وَهَبْ لِيْ مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِيْ بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللَّجَأِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِيْ لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَوَادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِيْ بِمَا عِنْدَكَ، وَتُبَلِّغُنِيْ بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ، وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ اِبْتِهَالِيْ وَتَضَرُّعِيْ فِيْ طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلَهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِيْ وَمَطَالِبِيْ وَشَكَوَايَ، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضُرِّي، وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِيْ، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِيْ جَمِيْعِ أُمُوْرِيْ وَحَالَاتِيْ
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ وَهذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَّةً وَلَا زَلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِيْ فِيْهَا إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِيْ جَرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِيْ رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِيْ مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لَا تَنَامُ، وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (ثلاثا)
إِلَهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ (ثلاثا)
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللَّهُمَّ إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا، وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجَاتِنَا، وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا وَفَقْرِنَا، فَارْشُدْنَا يَا اَللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظَيْمِ
سُبْحَانَ رَبِكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Itulah di antara pembahasan mengenai malam nisfu sya’ban secara sekilas. Selain pembahasan di atas masih banyak lagi uraian mengenai nisfu sya’ban, maka dari itu silahkan anda pelajari semuanya terutama yang berkaitan dengan aturan peringatan keutamaan doa malam nisfu sya’ban puasa ialah jatuh pada tanggal kapan tutup buku amalan hadits shahih berdasarkan sunnah dan lain sebagainya.