Showing posts sorted by relevance for query keutamaan-membaca-surah-al-kahfi-di. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query keutamaan-membaca-surah-al-kahfi-di. Sort by date Show all posts

Saturday, October 26, 2019

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi Di Hari Jum'at

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi di Hari Jum'at-Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya yakni hari Jum'at. Pada hari itu Adam di ciptakan, Pada hari itu beliau dimasukkan ke surga. Dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya, dan selesai zaman tidak lah terjadi kecuali, pada hari Jum'at.

Allah menakdirkan beberapa tragedi besar pada hari Jum'at. Dan juga  ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada siang dan malamnya. Khususnya pelaksanaan shalat jum'at dan Ibadah sunnah menyerupai membaca surah Al-kahfi.

Jika pada kesempatan sebelumnya aku membahas keutamaan shalat jum'at dan Pada kesempatan kali ini aku akan membahas keutamaan membaca surah Al-Kahfi di hari Jum'at.

baik hari yang matahari terbit padanya yakni hari Jum Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi di Hari Jum'at

Keutamaan Membaca Surah Al-Kahfi di Hari Jum'at


Salah satu bentuk amalan khusus dihari Jum'at yakni membaca surah Al-Kahfi. Sebagaimana telah dijelas kan oleh Nabi saw:

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi saw bersabda:
"Barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum'at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya diantara dua Jum'at."

Adapun waktu membacanya yaitu pada dikala terbenamnya matahari dihari kamis sampai terbenam matahari di hari Jum'at.
Berikut yakni beberapa keutamaan yang diberikan kepada yang membaca surah Al-Kahfi di hari Jum'at:

1. Disinari anatara dua Jum'at

Dari riwayat diatas dijelaskan bahwa yang membaca surah Al-Kahfi dihari jumat akan disinari dengan cahaya diantara dua jum'at.

BACA JUGA:
Kutamaan dan Manfaat Bershalawat

Cahaya disini maksudnya adalah, akan sanggup membedakan mana hak mana yang bathil, akan diberikan pencerahan/petunjuk dikehidupan dunia ataupun darul abadi kelak.

2. Terhindar dari Fitnah Dajjal

Keutamaan berikutnya dari membaca surah Al-Kahfi yakni akan terhindar dari fitnah Dajjal. Seperti yang kita ketahui, fitnah Dajjal ini sangatlah kejam dan sanggup membawa kita kedalam kesesatan dan neraka jahannam.

BACA JUGA:
Amalan yang sanggup menghilangkan kesedihan


Dalam riwayat muslim, Dari Abu Darda' radhiyallhu anhu, bahwa Nabi Saw bersabda:
"Barang siapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surah Al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal."yakni dari huru-haranya.

3. Mendapat Ridho dari Allah swt

Kita umat muslim selalu beribadah dan berdoa memohon berkah dan ridho Allah swt. Dengan kita mendapat ridho Allah maka jalan hidup yang kita tempuh akan damai, tentram dan tenang.

Salah satu cara untuk memproleh ridho Allah yakni dengan membaca surah Al-kahfi. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist Bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barang siapa yang membaca surah Al-kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala sampai kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi."(HR. Ahmad)

4. Diampuni dosanya antara dua jum'at

Setiap insan tak luput dari dosa, baik itu dosa besar maupun dosa kecil tetap saja tercatat sebagai amal buruk. Sebab setan akan terus berupaya mengajak umat insan kedalam keburukan sehingga berbuat dosa.

Namun,Sebaik-baik insan yakni mereka yang mau bertaubat kepada Allah. Salah satunya yakni dengan membaca surah Al-Kahfi.Diriwayatkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah Saw bersabda:

"Barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum'at maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai kelangit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum'at."

Demikianlah keutamaan membaca surah Al-kahfi di hari Jum'at, Semoga bermanfaat untuk kita semua yang membacanya dan tentunya agar kita sanggup mengamalkannya.

Wednesday, October 30, 2019

Bacaan Keutamaan Manfaat Surat Al-Kahfi Latin Dan Artinya

A-kahfi ialah nama surat dalam alqur’an yang artinya para penghuni gua, surat ini terdiri dari 110 ayat di dalamnya serta di turunkannya di kota makah, sehingga surah al-kahfi ini tergolong pada surat makkiyah. Kndungan yang ada di dalam surat al-kahfi ini tidak lepas dari kisah-kisah atau sejarah penting yang berkaitan dengan kekuasaaan allah swt, setidaknya ada 3 kisah yaitu ashabul kahfi yang di jadikan sebagai nama surat, petemuan nabi Musa as dan nabi Khaidir as serta kisah Dzulqarnain.


Di jadikannya al-kahfi sebagai nama surat dalam al-qur’an tentu hal ini bukanlah kebetulan semata, tapi lantaran kisah Ashabul Kahfi menyerupai juga kisah dalam al-Quran lainnya, bukan merupakan kisah semata, tapi juga terdapat banyak pelajaran (ibrah) didalamnya. Jika membaca sejarah ashabul kahfi maka tentu kita akan menemukan banyak hal yang sangat menarik dan luar biasa yang mana hal tersebut pertanda kekuasaan allah swt sang maha pencipta satu-satu yang haq untuk di sembah dan di yakini atas kekuasannya terhadap segala sesuatu.


Lalu siapa ashabul kahfi ini sehingga begitu di kedepankan dan di jadikan sebagai nama dalam al-qur’an, dalam dongeng di kemukakan bahwa ashabul kahfi ialah segolongan cowok beriman yang hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi seorang raja yang dzalim penyembah berhala. Yang mana para cowok tersebuh lari kedalam gua dalam dongeng berasama seekor anjing dan di tidurkan oleh allah swt selama 309 tahun dan di bangunkan lagi dikala pada masa kerajaan Abdurrahman seorang raja yang adil.


 ayat di dalamnya serta di turunkannya di kota makah Bacaan Keutamaan Manfaat Surat Al-Kahfi Latin Dan Artinya


Jika membaca ihwal sejarah para sehabat ashabul kahfi, maka bisa di katakan ini adaalah dongeng atau sejarah yang sangat menarik sekali, bahkan tidak sedikit kejadian-kejadian di luar nalar insan biasa, mungkin bagi orang yang tidak beriman kepada al-qur’an susah untuk meyakini dan menangkap dongeng ini alasannya ialah aneka macam kisah-kisah menarik yang pertanda kekuasaaan allah swt di nalar insan termasuk juga tidurnya yang begitu lama. Jika tidak di sertai dengan kekuasaan dan kehendak allah swt maka mustahil ada orang yang bisa tertidur selama itu.


Keutamaan Surat Al-kahfi


Setiap surat yang berada dalam al-qur’an baik itu yang jumlah ayatnya pendek atau panjang di yakini mempunyai keutamaan-keutamaan yang sangat luar apabila di bacakan, termasuk juga untuk surat al-kahfi ini. Keutamaan yang di miliki oleh surat al-kahfi sangat luar biasa dan harus di yakini akan kebenarannya, alasannya ialah keutamaan ini bukanlah hanya sekedar isu saja yang tidak mempunyai sumber kebenaran, namun pribadi tertera dalam beberapa hadits yang bunyinya seperti:


Dari Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anhu, dari Rasulullah SAW bersabda:


مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ


Artinya : Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya ia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)


Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,


مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ


Artinya : Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini ialah hadits paling berpengaruh ihwal surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)


Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah SAW bersabda,


مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ


Artinya : Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya hingga ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.


Manfaat Surat Al-kahfi


1. Mendapatkan Ridho dari Allah SWT


Siapa yang membaca surat Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi” (HR Ahmad).


2. Disinari Cahaya Kebaikan


Apabila kita membaca surat Al Kahfi di hari lain atau hari Jum’at, maka Allah akan memperlihatkan ganjaran, pahala dan disinari cahaya kebaikan serta akan mendapat keberkahan syafaat di hari pembalasan. Sinar cahaya akan Allah berikan pada hari kiamat, istimewanya, cahaya ini akan memancar dari kedua telapak kaki dan hingga ke langit. Seperti yang sudah Allah jelaskan dalam surat al – Hadid: 12 yang artinya;


يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ


“Pada hari dikala kau melihat orang mukmin pria dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (Qs. Al-Hadid: 12)


3. Menghindarkan diri dari fitnah dajjal


Rasulullah SAW juga telah menegaskan dalam salah satu hadits bahwa membaca surat Al Kahfi di hari Jum’at akan membuat kita terhindar dari fitnah yang dibawa dajjal tersebut.


“Barang siapa membaca Surah al – Kahfi pada hari Jum’at, maka Dajjal tidak bisa memudharatkannya,” (HR-Dailami).


“Siapa yang membaca dari Surah Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya dan siapa yang membaca keseluruhannya, maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi,” (HR Ahmad).


Bacaan Surat Al-Kahfi


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ


Bismillahirrahmanirrahim


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang


Ayat 1


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا ۜ


alhamdu lillaahi alladzii anzala ‘alaa ‘abdihi alkitaaba walam yaj’al lahu ‘iwajaan


Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya;


Ayat 2


قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا


qayyiman liyundzira ba/san syadiidan min ladunhu wayubasysyira almu/miniina alladziina ya’maluuna alshshaalihaati anna lahum ajran hasanaan


sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi isu bangga kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.


Ayat 3


مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا


maakitsiina fiihi abadaan


mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.


Ayat 4


وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا


wayundzira alladziina qaaluu ittakhadza allaahu waladaan


Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”.


Ayat 5


مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ ۚ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ ۚ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا


maa lahum bihi min ‘ilmin walaa li-aabaa-ihim kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim in yaquuluuna illaa kadzibaan


Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan ihwal hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari verbal mereka; mereka tidak menyampaikan (sesuatu) kecuali dusta.


Ayat 6


فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا


fala’allaka baakhi’un nafsaka ‘alaa aatsaarihim in lam yu/minuu bihaadzaa alhadiitsi asafaan


Maka (apakah) barangkali kau akan membunuh dirimu lantaran bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).


Ayat 7


إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا


innaa ja’alnaa maa ‘alaa al-ardhi ziinatan lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalaan


Sesungguhnya Kami telah mengakibatkan apa yang di bumi sebagai pemanis baginya, semoga Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.


Ayat 8


وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا


wa-innaa lajaa’iluuna maa ‘alayhaa sha’iidan juruzaan


Dan sebenarnya Kami benar-benar akan mengakibatkan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.


Ayat 9


أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا


am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa ‘ajabaan


Atau kau mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk gejala kekuasaan Kami yang mengherankan?


Ayat 10


إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا


idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan


(Ingatlah) tatkala para cowok itu mencari daerah berlindung ke dalam gua, kemudian mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.


Ayat 11


فَضَرَبْنَا عَلَىٰ آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا


fadharabnaa ‘alaa aadzaanihim fii alkahfi siniina ‘adadaan


Maka Kami tutup indera pendengaran mereka beberapa tahun dalam gua itu,


Ayat 12


ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا


tsumma ba’atsnaahum lina’lama ayyu alhizbayni ahsaa limaa labitsuu amadaan


Kemudian Kami bangunkan mereka, semoga Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa usang mereka tinggal (dalam gua itu).


Ayat 13


نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى


nahnu naqushshu ‘alayka naba-ahum bialhaqqi innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaan


Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dongeng ini dengan benar. Sesungguhnya mereka ialah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.


Ayat 14


وَرَبَطْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَٰهًا ۖ لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا


warabathnaa ‘alaa quluubihim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi lan nad’uwa min duunihi ilaahan laqad qulnaa idzan syathathaan


Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, kemudian mereka pun berkata, “Tuhan kami ialah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sebenarnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran”.


Ayat 15


هَٰؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً ۖ لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ ۖ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا


haaulaa-i qawmunaa ittakhadzuu min duunihi aalihatan lawlaa ya/tuuna ‘alayhim bisulthaanin bayyinin faman azhlamu mimmani iftaraa ‘alaa allaahi kadzibaan


Kaum kami ini telah mengakibatkan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?


Ayat 16


وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقًا


wa-idzi i’tazaltumuuhum wamaa ya’buduuna illaa allaaha fa/wuu ilaa alkahfi yansyur lakum rabbukum min rahmatihi wayuhayyi/ lakum min amrikum mirfaqaan


Dan apabila kau meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah daerah berlindung ke dalam gua itu, pasti Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berkhasiat bagimu dalam urusan kamu.


Ayat 17


۞ وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ۗ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا


wataraa alsysyamsa idzaa thala’at tazaawaru ‘an kahfihim dzaata alyamiini wa-idzaa gharabat taqridhuhum dzaata alsysyimaali wahum fii fajwatin minhu dzaalika min aayaati allaahi man yahdi allaahu fahuwa almuhtadi waman yudhlil falan tajida lahu waliyyan mursyidaan


Dan kau akan melihat matahari dikala terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam daerah yang luas dalam gua itu. Itu ialah sebagian dari gejala (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kau tidak akan mendapat seorang pemimpinpun yang sanggup memberi petunjuk kepadanya.


Ayat 18


وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ ۚ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ ۚ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا


watahsabuhum ayqaatsan wahum ruquudun wanuqallibuhum dzaata alyamiini wadzaata alsysyimaali wakalbuhum baasithun dziraa’ayhi bialwashiidi lawi iththhala’ta ‘alayhim lawallayta minhum firaaran walamuli/ta minhum ru’baan


Dan kau mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan bila kau menyaksikan mereka tentulah kau akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kau akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.


Ayat 19


وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَٰذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَىٰ طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا


wakadzaalika ba’atsnaahum liyatasaa-aluu baynahum qaala qaa-ilun minhum kam labitstum qaaluu labitsnaa yawman aw ba’dha yawmin qaaluu rabbukum a’lamu bimaa labitstum faib’atsuu ahadakum biwariqikum haadzihi ilaa almadiinati falyanzhur ayyuhaa azkaa tha’aaman falya/tikum birizqin minhu walyatalaththhaf walaa yusy’iranna bikum ahadaan


Dan demikianlah Kami bangunkan mereka semoga mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kau berada (disini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kau lebih mengetahui berapa lamanya kau berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kau untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.


Ayat 20


إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا


innahum in yazhharuu ‘alaykum yarjumuukum aw yu’iiduukum fii millatihim walan tuflihuu idzan abadaan


Sesungguhnya bila mereka sanggup mengetahui tempatmu, pasti mereka akan melempar kau dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan bila demikian pasti kau tidak akan beruntung selama lamanya”.


Ayat 21


وَكَذَٰلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ ۖ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا ۖ رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَىٰ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا


wakadzaalika a’tsarnaa ‘alayhim liya’lamuu anna wa’da allaahi haqqun wa-anna alsaa’ata laa rayba fiihaa idz yatanaaza’uuna baynahum amrahum faqaaluu ibnuu ‘alayhim bunyaanan rabbuhum a’lamu bihim qaala alladziina ghalabuu ‘alaa amrihim lanattakhidzanna ‘alayhim masjidaan


Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, semoga insan itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari selesai zaman tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih ihwal urusan mereka, orang-orang itu berkata: “Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui ihwal mereka”. Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya”.


Ayat 22


سَيَقُولُونَ ثَلَاثَةٌ رَابِعُهُمْ كَلْبُهُمْ وَيَقُولُونَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًا بِالْغَيْبِ ۖ وَيَقُولُونَ سَبْعَةٌ وَثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ ۗ فَلَا تُمَارِ فِيهِمْ إِلَّا مِرَاءً ظَاهِرًا وَلَا تَسْتَفْتِ فِيهِمْ مِنْهُمْ أَحَدًا


sayaquuluuna tsalaatsatun raabi’uhum kalbuhum wayaquuluuna khamsatun saadisuhum kalbuhum rajman bialghaybi wayaquuluuna sab’atun watsaaminuhum kalbuhum qul rabbii a’lamu bi’iddatihim maa ya’lamuhum illaa qaliilun falaa tumaari fiihim illaa miraa-an zhaahiran walaa tastafti fiihim minhum ahadaan


Nanti (ada orang yang akan) menyampaikan (jumlah mereka) ialah tiga orang yang keempat ialah anjingnya, dan (yang lain) mengatakan: “(jumlah mereka) ialah lima orang yang keenam ialah anjing nya”, sebagai terkaan terhadap barang yang gaib; dan (yang lain lagi) mengatakan: “(jumlah mereka) tujuh orang, yang ke delapan ialah anjingnya”. Katakanlah: “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka; tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit”. Karena itu janganlah kau (Muhammad) bertengkar ihwal hal mereka, kecuali pertengkaran lahir saja dan jangan kau menanyakan ihwal mereka (pemuda-pemuda itu) kepada seorangpun di antara mereka.


Ayat 23


وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَٰلِكَ غَدًا


walaa taquulanna lisyay-in innii faa’ilun dzaalika ghadaan


Dan jangan sekali-kali kau menyampaikan ihwal sesuatu: “Sesungguhnya saya akan mengerjakan ini besok pagi,


Ayat 24


إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ ۚ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰ أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَٰذَا رَشَدًا


illaa an yasyaa-a allaahu waudzkur rabbaka idzaa nasiita waqul ‘asaa an yahdiyani rabbii li-aqraba min haadzaa rasyadaan


kecuali (dengan menyebut): “Insya Allah”. Dan ingatlah kepada Tuhanmu bila kau lupa dan katakanlah: “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih erat kebenarannya dari pada ini”.


Ayat 25


وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا


walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis’aan


Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).


Ayat 26


قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا ۖ لَهُ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ ۚ مَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا


quli allaahu a’lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi’ maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan


Katakanlah: “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam memutuskan keputusan”.


Ayat 27


وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ ۖ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا


wautlu maa uuhiya ilayka min kitaabi rabbika laa mubaddila likalimaatihi walan tajida min duunihi multahadaan


Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang sanggup merubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kau tidak akan sanggup menemukan daerah berlindung selain dari pada-Nya.


Ayat 28


وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا


waishbir nafsaka ma’a alladziina yad’uuna rabbahum bialghadaati waal’asyiyyi yuriiduuna wajhahu walaa ta’du ‘aynaaka ‘anhum turiidu ziinata alhayaati alddunyaa walaa tuthi’ man aghfalnaa qalbahu ‘an dzikrinaa waittaba’a hawaahu wakaana amruhu furuthaan


Dan bersabarlah kau gotong royong dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan pemanis dunia ini; dan janganlah kau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan ialah keadaannya itu melewati batas.


Ayat 29


وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا


waquli alhaqqu min rabbikum faman syaa-a falyu/min waman syaa-a falyakfur innaa a’tadnaa lilzhzhaalimiina naaran ahatha bihim suraadiquhaa wa-in yastaghiitsuu yughaatsuu bimaa-in kaalmuhli yasywii alwujuuha bi/sa alsysyaraabu wasaa-at murtafaqaan


Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan bila mereka meminta minum, pasti mereka akan diberi minum dengan air menyerupai besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan daerah istirahat yang paling jelek.


Ayat 30


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا


inna alladziina aamanuu wa’amiluu alshshaalihaati innaa laa nudhii’u ajra man ahsana ‘amalaan


Sesunggunya mereka yang beriman dan berinfak saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.


Ayat 31


أُولَٰئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ ۚ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا


ulaa-ika lahum jannaatu ‘adnin tajrii min tahtihimu al-anhaaru yuhallawna fiihaa min asaawira min dzahabin wayalbasuuna tsiyaaban khudhran min sundusin wa-istabraqin muttaki-iina fiihaa ‘alaa al-araa-iki ni’ma altstsawaabu wahasunat murtafaqaan


Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka nirwana ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam nirwana itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka menggunakan pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan daerah istirahat yang indah;


Ayat 32


۞ وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا رَجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا


waidhrib lahum matsalan rajulayni ja’alnaa li-ahadihimaa jannatayni min a’naabin wahafafnaahumaa binakhlin waja’alnaa baynahumaa zar’aan


Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.


Ayat 33


كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا


kiltaa aljannatayni aatat ukulahaa walam tazhlim minhu syay-an wafajjarnaa khilaalahumaa naharaan


Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,


Ayat 34


وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا


wakaana lahu tsamarun faqaala lishaahibihi wahuwa yuhaawiruhu anaa aktsaru minka maalan wa-a’azzu nafaraan


dan ia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) dikala bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat”


Ayat 35


وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَٰذِهِ أَبَدًا


wadakhala jannatahu wahuwa zhaalimun linafsihi qaala maa azhunnu an tabiida haadzihi abadaan


Dan ia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,


Ayat 36


وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُدِدْتُ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيْرًا مِنْهَا مُنْقَلَبًا


wamaa azhunnu alssaa’ata qaa-imatan wala-in rudidtu ilaa rabbii la-ajidanna khayran minhaa munqalabaan


Dan saya tidak mengira hari selesai zaman itu akan datang, dan bila sekiranya saya kembalikan kepada Tuhanku, pasti saya akan mendapat daerah kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu”.


Ayat 37


قَالَ لَهُ صَاحِبُهُ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا


qaala lahu shaahibuhu wahuwa yuhaawiruhu akafarta bialladzii khalaqaka min turaabin tsumma min nuthfatin tsumma sawwaaka rajulaan


Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya — sedang ia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kau kafir kepada (Tuhan) yang membuat kau dari tanah, kemudian dari setetes air mani, kemudian Dia mengakibatkan kau seorang pria yang sempurna?


Ayat 38


>لَٰكِنَّا هُوَ اللَّهُ رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِرَبِّي أَحَدًا


laakinna huwa allaahu rabbii walaa usyriku birabbii ahadaan


Tetapi saya (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan saya tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.


Ayat 39


وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا


walawlaa idz dakhalta jannataka qulta maa syaa-a allaahu laa quwwata illaa biallaahi in tarani anaa aqalla minka maalan wawaladaan


Dan mengapa kau tidak menyampaikan waktu kau memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan dukungan Allah). Sekiranya kau anggap saya lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,


Ayat 40


فَعَسَىٰ رَبِّي أَنْ يُؤْتِيَنِ خَيْرًا مِنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِنَ السَّمَاءِ فَتُصْبِحَ صَعِيدًا زَلَقًا


fa’asaa rabbii an yu/tiyani khayran min jannatika wayursila ‘alayhaa husbaanan mina alssamaa-i fatushbiha sha’iidan zalaqaan


maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin;


Ayat 41


أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا


aw yushbiha maauhaa ghawran falan tastathii’a lahu thalabaan


atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kau tidak sanggup menemukannya lagi”.


Ayat 42


وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَا أَنْفَقَ فِيهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا


wauhiitha bitsamarihi fa-ashbaha yuqallibu kaffayhi ‘alaa maa anfaqa fiihaa wahiya khaawiyatun ‘alaa ‘uruusyihaa wayaquulu yaa laytanii lam usyrik birabbii ahadaan


Dan harta kekayaannya dibinasakan; kemudian ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan ia berkata: “Aduhai kiranya dulu saya tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”.


Ayat 43


وَلَمْ تَكُنْ لَهُ فِئَةٌ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًا


walam takun lahu fi-atun yanshuruunahu min duuni allaahi wamaa kaana muntashiraan


Dan tidak ada bagi ia segolonganpun yang akan menolongnya selain Allah; dan sekali-kali ia tidak sanggup membela dirinya.


Ayat 44


هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلَّهِ الْحَقِّ ۚ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَخَيْرٌ عُقْبًا


hunaalika alwalaayatu lillaahi alhaqqi huwa khayrun tsawaaban wakhayrun ‘uqbaan


Di sana dukungan itu hanya dari Allah Yang Hak. Dia ialah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan.


Ayat 45


وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا


waidhrib lahum matsala alhayaati alddunyaa kamaa-in anzalnaahu mina alssamaa-i faikhtalatha bihi nabaatu al-ardhi fa-ashbaha hasyiiman tadzruuhu alrriyaahu wakaana allaahu ‘alaa kulli syay-in muqtadiraan


Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan ialah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.


Ayat 46


الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا


almaalu waalbanuuna ziinatu alhayaati alddunyaa waalbaaqiyaatu alshshaalihaatu khayrun ‘inda rabbika tsawaaban wakhayrun amalaan


Harta dan belum dewasa ialah pemanis kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh ialah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.


Ayat 47


وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا


wayawma nusayyiru aljibaala wataraa al-ardha baarizatan wahasyarnaahum falam nughaadir minhum ahadaan


Dan (ingatlah) akan hari (yang dikala itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kau akan sanggup melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.


Ayat 48


وَعُرِضُوا عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۚ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا


wa’uridhuu ‘alaa rabbika shaffan laqad ji/tumuunaa kamaa khalaqnaakum awwala marratin bal za’amtum allan naj’ala lakum maw’idaan


Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kau tiba kepada Kami, sebagaimana Kami membuat kau pada kali yang pertama; bahkan kau menyampaikan bahwa Kami sekali-kali tidak akan memutuskan bagi kau waktu (memenuhi) perjanjian.


Ayat 49


وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا


wawudhi’a alkitaabu fataraa almujrimiina musyfiqiina mimmaa fiihi wayaquuluuna yaa waylatanaa maa lihaadzaa alkitaabi laa yughaadiru shaghiiratan walaa kabiiratan illaa ahsaahaa wawajaduu maa ‘amiluu hadiran walaa yazhlimu rabbuka ahadaan


Dan diletakkanlah kitab, kemudian kau akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun”.


Ayat 50


وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا


wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa kaana mina aljinni fafasaqa ‘an amri rabbihi afatattakhidzuunahu wadzurriyyatahu awliyaa-a min duunii wahum lakum ‘aduwwun bi/sa lilzhzhaalimiina badalaan


Dan (ingatlah) dikala Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kau kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia ialah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kau mengambil ia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka ialah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.


Ayat 51


۞ مَا أَشْهَدْتُهُمْ خَلْقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَا خَلْقَ أَنْفُسِهِمْ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّينَ عَضُدًا


maa asyhadtuhum khalqa alssamaawaati waal-ardhi walaa khalqa anfusihim wamaa kuntu muttakhidza almudhilliina ‘adhudaan


Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.


Ayat 52


وَيَوْمَ يَقُولُ نَادُوا شُرَكَائِيَ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَوْبِقًا


wayawma yaquulu naaduu syurakaa-iya alladziina za’amtum fada’awhum falam yastajiibuu lahum waja’alnaa baynahum mawbiqaan


Dan (ingatlah) akan hari (yang dikala itu) Dia berfirman: “Serulah olehmu sekalian sekutu-sekutu-Ku yang kau katakan itu”. Mereka kemudian memanggilnya tetapi sekutu-sekutu itu tidak membalas undangan mereka dan Kami adakan untuk mereka daerah kebinasaan (neraka).


Ayat 53


وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا


waraaa almujrimuuna alnnaara fazhannuu annahum muwaaqi’uuhaa walam yajiduu ‘anhaa mashrifaan


Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan daerah berpaling dari padanya.


Ayat 54


وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا


walaqad sharrafnaa fii haadzaa alqur-aani lilnnaasi min kulli matsalin wakaana al-insaanu aktsara syay-in jadalaan


Dan sebenarnya Kami telah mengulang-ulangi bagi insan dalam Al Alquran ini majemuk perumpamaan. Dan insan ialah makhluk yang paling banyak membantah.


Ayat 55


وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَىٰ وَيَسْتَغْفِرُوا رَبَّهُمْ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا


wamaa mana’a alnnaasa an yu/minuu idz jaa-ahumu alhudaa wayastaghfiruu rabbahum illaa an ta/tiyahum sunnatu al-awwaliina aw ya/tiyahumu al’adzaabu qubulaan


Dam tidak ada sesuatupun yang menghalangi insan dari beriman, dikala petunjuk telah tiba kepada mereka, dan dari memohon ampun kepada Tuhannya, kecuali (keinginan menanti) datangnya aturan (Allah yang telah berlalu pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata.


Ayat 56


وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ ۚ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ ۖ وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا


wamaa nursilu almursaliina illaa mubasysyiriina wamundziriina wayujaadilu alladziina kafaruu bialbaathili liyudhidhuu bihi alhaqqa waittakhadzuu aayaatii wamaa undziruu huzuwaan


Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa isu bangga dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil semoga dengan demikian mereka sanggup melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.


Ayat 57


وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ فَأَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ ۚ إِنَّا جَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۖ وَإِنْ تَدْعُهُمْ إِلَى الْهُدَىٰ فَلَنْ يَهْتَدُوا إِذًا أَبَدًا


waman azhlamu mimman dzukkira bi-aayaati rabbihi fa-a’radha ‘anhaa wanasiya maa qaddamat yadaahu innaa ja’alnaa ‘alaa quluubihim akinnatan an yafqahuuhu wafii aatsaanihim waqran wa-in tad’uhum ilaa alhudaa falan yahtaduu idzan abadaan


Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya kemudian ia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di indera pendengaran mereka; dan kendatipun kau menyeru mereka kepada petunjuk, pasti mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.


Ayat 58


وَرَبُّكَ الْغَفُورُ ذُو الرَّحْمَةِ ۖ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَ ۚ بَلْ لَهُمْ مَوْعِدٌ لَنْ يَجِدُوا مِنْ دُونِهِ مَوْئِلًا


warabbuka alghafuuru dzuu alrrahmati law yu-aakhidzuhum bimaa kasabuu la’ajjala lahumu al’adzaaba bal lahum maw’idun lan yajiduu min duunihi maw-ilaan


Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka lantaran perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan daerah berlindung dari padanya.

Surat Al-Kahf Ayat 59


وَتِلْكَ الْقُرَىٰ أَهْلَكْنَاهُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَوْعِدًا


watilka alquraa ahlaknaahum lammaa zhalamuu waja’alnaa limahlikihim maw’idaan


Dan (penduduk) negeri telah Kami binasakan dikala mereka berbuat zalim, dan telah Kami menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.


Ayat 60


وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا


wa-idz qaala muusaa lifataahu laa abrahu hattaa ablugha majma’a albahrayni aw amdhiya huqubaan


Dan (ingatlah) dikala Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum hingga ke pertemuan dua buah lautan; atau saya akan berjalan hingga bertahun-tahun”.


Ayat 61


فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ سَرَبًا


falammaa balaghaa majma’a baynihimaa nasiyaa huutahumaa faittakhadza sabiilahu fii albahri sarabaan


Maka tatkala mereka hingga ke pertemuan dua buah bahari itu, mereka lalai akan ikannya, kemudian ikan itu melompat mengambil jalannya ke bahari itu.


Ayat 62


فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا


falammaa jaawazaa qaala lifataahu aatinaa ghadaa-anaa laqad laqiinaa min safarinaa haadzaa nashabaan


Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; sebenarnya kita telah merasa letih lantaran perjalanan kita ini”.


Ayat 63


قَالَ أَرَأَيْتَ إِذْ أَوَيْنَا إِلَى الصَّخْرَةِ فَإِنِّي نَسِيتُ الْحُوتَ وَمَا أَنْسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ أَنْ أَذْكُرَهُ ۚ وَاتَّخَذَ سَبِيلَهُ فِي الْبَحْرِ عَجَبًا


qaala ara-ayta idz awaynaa ilaa alshshakhrati fa-innii nasiitu alhuuta wamaa ansaaniihu illaa alsysyaythaanu an adzkurahu waittakhadza sabiilahu fii albahri ‘ajabaan


Muridnya menjawab: “Tahukah kau tatkala kita mencari daerah berlindung di kerikil tadi, maka sebenarnya saya lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak ialah yang melupakan saya untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke bahari dengan cara yang asing sekali”.


Ayat 64


قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَارْتَدَّا عَلَىٰ آثَارِهِمَا قَصَصًا


qaala dzaalika maa kunnaa nabghi fairtaddaa ‘alaa aatsaarihimaa qashashaan


Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.


Ayat 65


فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا


fawajadaa ‘abdan min ‘ibaadinaa aataynaahu rahmatan min ‘indinaa wa’allamnaahu min ladunnaa ‘ilmaan


Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.


Ayat 66


>قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا


qaala lahu muusaa hal attabi’uka ‘alaa an tu’allimani mimmaa ‘ullimta rusydaan


Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah saya mengikutimu supaya kau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”


Ayat 67


قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا


qaala innaka lan tastathii’a ma’iya shabraan


Dia menjawab: “Sesungguhnya kau sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.


Ayat 68


وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا


wakayfa tashbiru ‘alaa maa lam tuhith bihi khubraan


Dan bagaimana kau sanggup sabar atas sesuatu, yang kau belum mempunyai pengetahuan yang cukup ihwal hal itu?”


Ayat 69


قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا


qaala satajidunii in syaa-a allaahu shaabiran walaa a’shii laka amraan


Musa berkata: “Insya Allah kau akan mendapati saya sebagai orang yang sabar, dan saya tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.


Ayat 70


قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّىٰ أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا


qaala fa-ini ittaba’tanii falaa tas-alnii ‘an syay-in hattaa uhditsa laka minhu dzikraan


Dia berkata: “Jika kau mengikutiku, maka janganlah kau menanyakan kepadaku ihwal sesuatu apapun, hingga saya sendiri menerangkannya kepadamu”.


Ayat 71


فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا رَكِبَا فِي السَّفِينَةِ خَرَقَهَا ۖ قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا


fainthalaqaa hattaa idzaa rakibaa fii alssafiinati kharaqahaa qaala akharaqtahaa litughriqa ahlahaa laqad ji/ta syay-an imraan


Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu kemudian Khidhr melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kau melobangi perahu itu hasilnya kau menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.


Ayat 72


قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا


qaala alam aqul innaka lan tastathii’a ma’iya shabraan


Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah saya telah berkata: “Sesungguhnya kau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.


Ayat 73


قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا


qaala laa tu-aakhidznii bimaa nasiitu walaa turhiqnii min amrii ‘usraan


Musa berkata: “Janganlah kau menghukum saya lantaran kelupaanku dan janganlah kau membebani saya dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.


Ayat 74


فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا


fainthalaqaa hattaa idzaa laqiyaa ghulaaman faqatalahu qaala aqatalta nafsan zakiyyatan bighayri nafsin laqad ji/ta syay-an nukraan


Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kau membunuh jiwa yang bersih, bukan lantaran ia membunuh orang lain? Sesungguhnya kau telah melaksanakan suatu yang mungkar”.


Ayat 75


۞ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا


qaala alam aqul laka innaka lan tastathii’a ma’iya shabraan


Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sebenarnya kau tidak akan sanggup sabar bersamaku?”


Ayat 76


قَالَ إِنْ سَأَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍ بَعْدَهَا فَلَا تُصَاحِبْنِي ۖ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَدُنِّي عُذْرًا


qaala in sa-altuka ‘an syay-in ba’dahaa falaa tushaahibnii qad balaghta min ladunnii ‘udzraan


Musa berkata: “Jika saya bertanya kepadamu ihwal sesuatu sehabis (kali) ini, maka janganlah kau memperbolehkan saya menyertaimu, sebenarnya kau sudah cukup memperlihatkan uzur padaku”.


Ayat 77


فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا


fainthalaqaa hattaa idzaa atayaa ahla qaryatin istath’amaa ahlahaa fa-abaw an yudhayyifuuhumaa fawajadaa fiihaa jidaaran yuriidu an yanqadhdha fa-aqaamahu qaala law syi/ta laittakhadzta ‘alayhi ajraan


Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya hingga kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapat dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kau mau, pasti kau mengambil upah untuk itu”.


Ayat 78


قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا


qaala haadzaa firaaqu baynii wabaynika sa-unabbi-uka bita/wiili maa lam tastathi’ ‘alayhi shabraan


Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara saya dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya.


Ayat 79


أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا


ammaa alssafiinatu fakaanat limasaakiina ya’maluuna fii albahri fa-aradtu an a’iibahaa wakaana waraa-ahum malikun ya/khudzu kulla safiinatin ghashbaan


Adapun perahu itu ialah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan saya bertujuan merusakkan perahu itu, lantaran di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.


Ayat 80


وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا


wa-ammaa alghulaamu fakaana abawaahu mu/minayni fakhasyiinaa an yurhiqahumaa thughyaanan wakufraan


Dan adapun anak muda itu, maka keduanya ialah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa ia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.


Ayat 81


فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا


fa-aradnaa an yubdilahumaa rabbuhumaa khayran minhu zakaatan wa-aqraba ruhmaan


Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).


Ayat 82


وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا


wa-ammaa aljidaaru fakaana lighulaamayni yatiimayni fii almadiinati wakaana tahtahu kanzun lahumaa wakaana abuuhumaa shaalihan fa-araada rabbuka an yablughaa asyuddahumaa wayastakhrijaa kanzahumaa rahmatan min rabbika wamaa fa’altuhu ‘an amrii dzaalika ta/wiilu maa lam tasthi’ ‘alayhi shabraan


Adapun dinding rumah ialah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya ialah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki semoga supaya mereka hingga kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah saya melakukannya itu berdasarkan kemauanku sendiri. Demikian itu ialah tujuan perbuatan-perbuatan yang kau tidak sanggup sabar terhadapnya”.


Ayat 83


وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا


wayas-aluunaka ‘an dzii alqarnayni qul sa-atluu ‘alaykum minhu dzikraan


Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) ihwal Dzulkarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu dongeng tantangnya”.


Ayat 84


إِنَّا مَكَّنَّا لَهُ فِي الْأَرْضِ وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا


innaa makkannaa lahu fii al-ardhi waaataynaahu min kulli syay-in sababaan


Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memperlihatkan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu,


Ayat 85


فَأَتْبَعَ سَبَبًا


fa-atba’a sababaan


maka diapun menempuh suatu jalan.


Ayat 86


حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا


hattaa idzaa balagha maghriba alsysyamsi wajadahaa taghrubu fii ‘aynin hami-atin wawajada ‘indahaa qawman qulnaa yaa dzaa alqarnayni immaa an tu’adzdziba wa-immaa an tattakhidza fiihim husnaan


Hingga apabila ia telah hingga ketempat terbenam matahari, ia melihat matahari terbenam di dalam bahari yang berlumpur hitam, dan ia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulkarnain, kau boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.


Ayat 87


قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا


qaala ammaa man zhalama fasawfa nu’adzdzibuhu tsumma yuraddu ilaa rabbihi fayu’adzdzibuhu ‘adzaaban nukraan


Berkata Dzulkarnain: “Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian ia kembalikan kepada Tuhannya, kemudian Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.


Ayat 88


وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا


wa-ammaa man aamana wa’amila shaalihan falahu jazaa-an alhusnaa wasanaquulu lahu min amrinaa yusraan


Adapun orang-orang yang beriman dan berinfak saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang gampang dari perintah-perintah kami”.


Ayat 89


ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا


tsumma atba’a sababaan


Kemudian ia menempuh jalan (yang lain).


Ayat 90


حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَىٰ قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا


hattaa idzaa balagha mathli’a alsysyamsi wajadahaa tathlu’u ‘alaa qawmin lam naj’al lahum min duunihaa sitraan


Hingga apabila ia telah hingga ke daerah terbit matahari (sebelah Timur) ia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak mengakibatkan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu,


Ayat 91


كَذَٰلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا


kadzaalika waqad ahathnaa bimaa ladayhi khubraan


demikianlah. dan sebenarnya ilmu Kami mencakup segala apa yang ada padanya.


Ayat 92


ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا


tsumma atba’a sababaan


Kemudian ia menempuh suatu jalan (yang lain lagi).


Ayat 93


حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلًا


hattaa idzaa balagha bayna alssaddayni wajada min duunihimaa qawman laa yakaaduuna yafqahuuna qawlaan


Hingga apabila ia telah hingga di antara dua buah gunung, ia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan.


Ayat 94


قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا


qaaluu yaa dzaa alqarnayni inna ya/juuja wama/juuja mufsiduuna fii al-ardhi fahal naj’alu laka kharjan ‘alaa an taj’ala baynanaa wabaynahum saddaan


Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sebenarnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memperlihatkan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kau membuat dinding antara kami dan mereka?”


Ayat 95


قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا


qaala maa makkannii fiihi rabbii khayrun fa-a’iinuunii biquwwatin aj’al baynakum wabaynahum radmaan


Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya ialah lebih baik, maka tolonglah saya dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), semoga saya mengembangkan dinding antara kau dan mereka,


Ayat 96


آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا


aatuunii zubara alhadiidi hattaa idzaa saawaa bayna alshadafayni qaala unfukhuu hattaa idzaa ja’alahu naaran qaala aatuunii ufrigh ‘alayhi qithraan


berilah saya potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah saya tembaga (yang mendidih) semoga saya kutuangkan ke atas besi panas itu”.


Ayat 97


فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا


famaa isthaa’uu an yazhharuuhu wamaa istathaa’uu lahu naqbaan


Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.


Ayat 98


قَالَ هَٰذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي ۖ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا


qaala haadzaa rahmatun min rabbii fa-idzaa jaa-a wa’du rabbii ja’alahu dakkaa-a wakaana wa’du rabbii haqqaan


Dzulkarnain berkata: “Ini (dinding) ialah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah tiba janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu ialah benar”.


Ayat 99


>۞ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ ۖ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا


wataraknaa ba’dhahum yawma-idzin yamuuju fii ba’dhin wanufikha fii alshshuuri fajama’naahum jam’aan


Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, kemudian Kami kumpulkan mereka itu semuanya,


Ayat 100


وَعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ لِلْكَافِرِينَ عَرْضًا


wa’aradhnaa jahannama yawma-idzin lilkaafiriina ‘ardaan


dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas,

Surat Al-Kahf Ayat 101


الَّذِينَ كَانَتْ أَعْيُنُهُمْ فِي غِطَاءٍ عَنْ ذِكْرِي وَكَانُوا لَا يَسْتَطِيعُونَ سَمْعًا


alladziina kaanat a’yunuhum fii ghithaa-in ‘an dzikrii wakaanuu laa yastathii’uuna sam’aan


yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan gejala kebesaran-Ku, dan ialah mereka tidak sanggup mendengar.


Ayat 102


أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ نُزُلًا


afahasiba alladziina kafaruu an yattakhidzuu ‘ibaadii min duunii awliyaa-a innaa a’tadnaa jahannama lilkaafiriina nuzulaan


maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahannam daerah tinggal bagi orang-orang kafir.


Ayat 103


قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا


qul hal nunabbi-ukum bial-akhsariina a’maalaan


Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu ihwal orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”


Ayat 104


الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا


alladziina dhalla sa’yuhum fii alhayaati alddunyaa wahum yahsabuuna annahum yuhsinuuna shun’aan


Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.


Ayat 105


أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا


ulaa-ika alladziina kafaruu bi-aayaati rabbihim waliqaa-ihi fahabithat a’maaluhum falaa nuqiimu lahum yawma alqiyaamati waznaan


Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu evaluasi bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.


Ayat 106


ذَٰلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا


dzaalika jazaauhum jahannamu bimaa kafaruu waittakhadzuu aayaatii warusulii huzuwaan


Demikianlah tanggapan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka mengakibatkan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.


Ayat 107


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا


inna alladziina aamanuu wa’amiluu alshshaalihaati kaanat lahum jannaatu alfirdawsi nuzulaan


Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berinfak saleh, bagi mereka ialah nirwana Firdaus menjadi daerah tinggal,


Ayat 108


خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا


khaalidiina fiihaa laa yabghuuna ‘anhaa hiwalaan


mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.


Ayat 109


قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا


qul law kaana albahru midaadan likalimaati rabbii lanafida albahru qabla an tanfada kalimaatu rabbii walaw ji/naa bimitslihi madadaan


Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.


Ayat 110


قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا


qul innamaa anaa basyarun mitslukum yuuhaa ilayya annamaa ilaahukum ilaahun waahidun faman kaana yarjuu liqaa-a rabbihi falya’mal ‘amalan shaalihan walaa yusyrik bi’ibaadati rabbihi ahadaan


Katakanlah: Sesungguhnya saya ini insan biasa menyerupai kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sebenarnya Tuhan kau itu ialah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.


Setelah memahami dan mengetahui bagaimana kedudukan dan keutamaan dari surat al-kahfi dengan benar, kini kiprah kalian semua untuk senantiasa mengamalkan dan membaca surat al-qur’an ini sesering mungkin terutama pada hari ju,’at. Tetapi klarifikasi di atas hanyalah sebagian kecil dari kandungan surat al-kahfi alasannya ialah masih banyak dan luas lagi pembahasan yang masih ada kaitannya dengan bacaan keutamaan manfaat surat al-kahfi latin dan artinya dan lain sebagainya, maka dari itu silahkan pelajari lebih jauh lagi tidak hanya cuma hingga di sini saja.


Saturday, October 26, 2019

Hindari! 5 Macam Penyakit Hati Berbahaya Dalam Islam

5 Macam Penyakit Hati dalam Islam-Ada beberapa Penyakit hati dalam islam, dan penyakit ini sangat berbahaya namun tidak mengakibatkan kematian. Mengapa berbahaya?

Memang benar tidak memicu kematian, namun apabila seorang mempunyai penyakit hati ini akan mendapat siksaan baik dunia maupun diakhirat kelak.Penasaran, penyakit hati apa sih yang dimaksud? Apa bahayanya dari penyakit ini? yuk, kita simak jawabannya di bawah ini!

 dan penyakit ini sangat berbahaya namun tidak mengakibatkan selesai hidup Hindari! 5 Macam Penyakit Hati Berbahaya dalam Islam

5 Macam Penyakit Hati Berbahaya dalam Islam

Telah disinggunga diatas bahwa, penyakit hati ini sangatlah berbahaya. Berikut imbas apabila seseorang mempunyai salah satu atau bahkan semua penyakit hati :
  1. Berdosa, sudah terperinci yang berdosa, tak peduli besar ataupun kecil ancamannya yakni neraka.
  2. Dijauhi orang-orang disekitarnya.
  3. Mendatangkan adzab.
  4. Tidak memperoleh berkah dari Allah.
  5. Jauh dari tunjangan Allah swt
  6. Menimbulkan fitnah yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
BACA JUGA:
Keutamaan Baca surah Al-kahfi dihari Jum'at

Berikut ini yakni bentuk-bentuk atau macam-macam penyakit hati tersebut.

1. Takkabur (Sombong)
 
Takabbur atau sombong ini maknanya yakni merendahkan orang lain dan menolak kebenaran.
Bahaya dari penyakit hati yang pertama ini yakni kita sengaja ataupun tidak sengaja melakukannya akan menciptakan orang lain risih dan menjauhi kita.

Allah swt berfirman :
"Janganlah kalian berjalan dimuka bumi dengan penuh kesombongan."(QS. Al-Isra':37)

Rasulullah saw juga bersabda:
"Tidak akan masuk nirwana yang didalam kalbunya (hatinya) ada perilaku sombong meski sebesar biji sawi."

2. Riya'

Riya' yakni dimana posisi seseorang yang beribadah namun niatnya hanya ingin dipuji oranglain.
Riya' ini sangat berbahaya karena, mungkin sanggup saja orang lain menilai kita baik sebab Ibadah kita namun nampak jelek dimata Allah. Jika demikian, percuma dan hilanglah pahala Ibadah yang kita lakukan.

BACA JUGA:
Artikel perihal shalat mayat ghaib

Diterangkan didalam Al-Qur'an dalam surah Al-Baqarah ayat 264, yang artinya:

"Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) menyerupai orang yang menafkahkan hartanya kareana riya' kepada insan dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian."

3. Hasad

Hasad yakni merasa iri dengki atas nikmat yang berikan Allah kepada orang lain dan berharap nikmat tersebut hilang dan berpindah kepadanya. Hasad ini sangat berbahaya, bahkan sanggup memicu perbuatan atau tindakan kejahatan.

Menurut saya, penyakit hati yang ketiga ini yang paling berbahaya. Sebab, mungkin orang lain tidak mengatahui kita iri terhadapnya namun perasaan iri tersebut mengganggu perasaan dan fikiran kita. Serta memudahkan setan untuk merasuki fikiran kita sehingga kita berbuat sesuatu yang nekat untuk mencapai apa yang dinginkan.

Misal, mencuri, merampok bahkan sampai pembunuhan. Kejahatan semacam ini sanggup timbul apabila kita mempunyai sifat iri dengki terhadap seseorang.

4. Ujub

Ujub artiya memuji dan mengagumi diri sendiri. Sesorang yang mempunyai sifat atau penyakit hati ini akan memicu penyakit hati yang lain menyerupai takkabur dan riya'.

Diriwayatkan dalam sebuah hadist, bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Tiga hal yang membinasakan: Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri."(HR. Thabrani)

Untuk menghindari hal yang demikian kita harus membiasakan diri untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Dengan bersikap rendah hati dihadapan Allah, Insyaallah kita akan terhindar dari sifat Ujubu ini.

5. Kikir dan Bakhil

Penyakit hati ini pada umumnya dimiliki sebagian orang kaya. Namun, ada pula orang miskin yang mempunyai sifat atau penyakit hati ini. Sifat kikir ini timbul sebab kecintaan terhadap harta yang dimilikinya terlalu berlebih sehingga enggan menyebarkan dengan sesama.

BACA JUGA:
9 Keutamaan sedekah yang luar biasa

Telah dijelaskan ancaman seorang yang kikir dan bakhil dalam firman Allah, yang artinya:
"Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa."(QS. Al- Lail:8-11)

Demikianlah klarifikasi mengenai beberapa penyakit hati dan ancaman yang ditimbulakan. Semoga bermanfaat dan kita semua yang membaca terhindar dari penyakit hati tersebut. Aamiinn!